Liputan6.com, New York - Dunia khususnya Amerika Serikat (AS) tak akan pernah melupakan peristiwa yang terjadi pada Selasa 11 September 2001. Pada hari itu empat pesawat milik maskapai AS dibajak, tiga di antaranya diketahui milik American Airlines Flight sementara satu lainnya United 93.
Teror pertama terjadi pada pukul 08.48 waktu setempat di mana pesawat jenis Boeing-767 yang mengangkut 20.000 galon bahan bakar jet menghantam Menara Gedung World Trade Center (WTC) bagian utara. Tabrakan ini menyebabkan kebakaran di lantai 80 gedung, meruntuhkan sebagian sisi bangunan, dan menewaskan ratusan orang.
Advertisement
Sementara diperkirakan ratusan orang terjebak di dalam gedung ketika itu.
Kepanikan belum usai, publik pun dikejutkan dengan serangan teror kedua. Pada pukul 09.04, pesawat Boeing-737 dilaporkan menukik tajam dan menabrak Menara Gedung WTC bagian selatan, tepatnya di lantai 60.
Tabrakan ini menyebabkan ledakan besar hingga reruntuhan gedung memenuhi jalan-jalan yang berada di sekitarnya. Setelah peristiwa ini, rakyat AS baru menyadari bahwa mereka diserang.
Sementara perhatian dunia tertuju ke New York, sebuah pesawat dilaporkan mengitari Washington DC sebelum akhirnya menabrak sisi barat kompleks Pentangon di Airlington, Virginia.
Serangan ketiga ini terjadi pada pukul 09.45 dan tragedi ini menewaskan 125 orang termasuk di antaranya personel militer dan warga sipil.
Pesawat keempat dilaporkan jatuh di lapangan di Somerset County pada pukul 10.10. Ada dugaan penumpang melakukan perlawanan terhadap para pembajak sebelum akhirnya burung besi itu terbalik dan menghantam tanah.
Sekitar 3.000 nyawa melayang dalam tragedi ini. Sementara warga yang terluka bahkan mengalami trauma tak terhitung banyaknya.
Dalam investigasinya, FBI menyebut terdapat 19 orang pembajak yang terlibat dalam serangan mematikan sepanjang sejarah AS ini.
Foto dan kewarganegaraan mereka dirilis di mana 15 di antaranya berasal dari Arab Saudi, dua dari Uni Emirat Arab, satu dari Lebanon, dan seorang lagi dari Mesir.
Investigasi terkait 9/11 yang diberi kode operasi PENTTBOM ini tercatat sebagai upaya penyelidikan terbesar dalam sejarah FBI. Setidaknya, operasi ini melibatkan 7.000 agen khusus.
Bangkit dalam 6 Hari
Gedung WTC adalah simbol kedigdayaan ekonomi, bisnis, dan keuangan Negeri Paman Sam serta pendiriannya didedikasikan sebagai representasi 'perdamaian dunia melalui perdagangan'.
Otomatis tragedi 9/11 turut menghentikan aktivitas di Wall Street--kawasan finansial paling berpengaruh di AS bahkan dunia.
Namun tak ingin 'kalah' oleh teror, enam hari pasca-serangan atau tepatnya Senin 17 September 2001 para karyawan Wall Street memutuskan kembali bekerja.
Seolah ingin menegaskan bahwa apapun yang terjadi kehidupan harus terus berjalan meski ketika itu udara masih diselimuti debu dan asap. Kondisi itu memaksa mereka menggunakan masker.
Tak berlebihan menyebut New York khususnya Wall Street kala itu lebih mirip zona perang ketimbang sebuah kawasan bisnis.
"Mereka (teroris) berharap kita akan tersungkur ke lantai -- jika dengan mulai beraktivitas telah membangkitkan semangat banyak orang maka saya telah melakukan sesuatu yang baik hari ini," ujar salah seorang pekerja yang Liputan6.com kutip dari BBC.
Jim Textor, seorang pengacara yang juga menjadi salah satu korban selamat serangan 9/11 menegaskan bahwa AS ingin meniru cara Inggris dalam menghadapi serangan dari Tentara Republik Irlandia (IRA).
"Sangat penting untuk menunjukkan bahwa Anda tidak berhasil dikalahkan dan Anda harus kembali bekerja," kata Textor.
Di lantai Bursa Efek New York (NYSE) orang-orang diketahui mengenakan pita merah, putih, dan biru--warna dalam bendera AS-- di jas mereka. Para pialang dan pengamat bursa juga memakai pakaian berwarna senada, mereka memeluk satu sama lain--bersyukur karena selamat dalam tragedi 9/11.
Hari itu indeks pasar saham, Dow Jones Industrial Average ditutup melemah--terjun bebas mendekati 700 poin. Sepanjang hari, pasar saham gagal menemukan 'pijakan'.
Broker mencatat penjualan saham datang dari semua sektor, sebuah pertanda bahwa investor luar biasa terpukul dengan tragedi yang meluluhlantakkan WTC.
"Angka-angka yang beredar di pasar sangat mengerikan. Terlalu emosional melihat bencana terjadi tak jauh dari sini," ujar Presiden Peter C. Kenny & Co., Peter Kenny.
Pada hari yang sama kedai kopi Trader's Cafe dan tempat makan Champs Gourmet Deli yang biasanya melayani pekerja Wall Street pun mulai beroperasi. Namun tidak demikian dengan sejumlah toko yang berada di sekitar WTC menyusul mereka masih menanti lancarnya kembali layanan air.
"Kami datang sejak kemarin. Kondisinya sangat kacau. Debu di mana-mana. Dan tidak banyak bisnis yang berjalan hari ini. Jalan-jalan juga masih banyak yang diblokir," ujar pemilik kedai kopi Trader's Cafe, Demetrius Liberatos seperti dikutip dari CNN.
Sementara itu standar pengamanan tingkat tinggi diberlakukan. Tim pemadam kebakaran, polisi, dan garda nasional berdiri di setiap sudut Canal Street. Mereka mengatur lalu lintas dan memeriksa identitas para pejalan kaki serta pengemudi.
"Bukan persoalan Anda kaya atau miskin, tua atau muda, siapa saja masih memiliki trauma yang sama," tegas salah seorang penyintas (survivor), Pam Jennings.
Tutupnya NYSE dari 11-16 September disebut sebagai periode penutupan bursa saham New York terlama sejak peristiwa Great Depression pada 1930-an.
Peristiwa lainnya juga mewarnai 17 September. Gunung berapi Fourpeaked yang terletak di Alaska dilaporkan erupsi untuk pertama kalinya dalam 10 ribu tahun terakhir pada 2006 lalu.
Sementara itu pada 17 September 2011 gerakan Occupy Wall Street (OWS) dimulai di Zuccotti Park. Ini adalah sebuah gerakan protes yang dicetuskan oleh kelompok aktivis asal Kanada, Adbusters.
Para aktivis memprotes ketidaksetaraan ekonomi dan sosial, pengangguran tinggi, kerakusan, serta korupsi, dan pengaruh perusahaan--terutama dari sektor jasa keuangan-- terhadap pemerintah.
Advertisement