Liputan6.com, Ternate - Empat gadis penari meliukkan tubuh mereka di sebuah kelab malam di Kota Ternate, Maluku Utara. Para gadis itu diduga didatangkan dari Bandung dan Bogor, Jawa Barat.
Para penari erotis itu diduga sengaja didatangkan oleh pemilik kelab malam untuk dipekerjakan sebagai penari dan model yang siap melayani pengunjung di tempat usaha bos mereka.
Berdasarkan penelusuran Liputan6.com pada Jumat malam, 16 September 2016, para gadis seksi itu diinapkan di ruangan salah satu hotel di Kota Ternate yang juga bagian dari grup kelab malam tersebut.
"Gadis-gadis itu rata-rata berusia di atas 19 tahun. Seluruhnya berasal dari luar Maluku Utara," ucap salah satu resepsionis hotel yang menjadi rumah dan tempat tidur para gadis yang dipekerjakan sebagai penari dan model tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Namun, resepsionis itu menolak menyebut namanya karena takut dipecat. "Mereka semuanya bekerja di sana. Selesai kerja mereka balik lagi ke hotel. Mereka tidak tidur di hotel, tapi ada ruangan di belakang hotel yang disediakan khusus kepada mereka sebagai mes," ia menambahkan.
Menurut dia, setelah kejadian pada Sabtu malam dini hari, 11 September 2016, para penari erotis itu lebih banyak berada di mes. Sebab, tarian mereka menjadi sorotan masyarakat Ternate.
"Tarian erotis itu bermula pada Sabtu malam dini hari, 4 September 2016. Namun pada Sabtu malam berikutnya (11 September 2016) baru diketahui berdasarkan laporan dari masyarakat," ujar Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Ternate, Fandi Tuminah saat dihubungi Liputan6.com, Jumat malam, 16 September 2016.
Di kelab malam itu, Fandi menjelaskan, empat penari tersebut mempertontonkan gerakan erotis dan busana setengah bugil. Untuk itu Satpol PP telah mengambil langkah tegas, dengan menutup sementara aktivitas kelab malam tersebut.
Selanjutnya, imbuh dia, manajemen kelab malam tersebut mendatangi Kantor Satpol PP Ternate pada Jumat, 16 September 2016, untuk memberikan klarifikasi.
Fandi menambahkan, manajemen kelab malam juga telah menandatangani surat perjanjian yang isinya siap mematuhi segala ketentuan yang ada di Kota Ternate. Termasuk, berjanji tidak akan lagi menampilkan tarian erotis.
Dia mengatakan pula, sebagai tindak lanjut atas laporan masyarakat itu manajemen menutup sementara aktivitas tempat hiburan malam tersebut selama Jumat malam, 16 September 2016.
Langkah Satpol PP Tegakkan Perda
Fandi menjelaskan, langkah yang dilakukan Satpol PP Kota Ternate sebagai bentuk menindaklanjuti laporan masyarakat. Karena itu, Satpol PP sebagai penegak Peraturan Daerah Ternate Kota Agamais mengambil langkah tegas memanggil manajemen kelab malam tersebut.
Bila mengulangi, menurut Fandi, Pemerintah Kota Ternate bakal melakukan pencabutan izin usaha hingga penyegelan. Meski begitu, sambung dia, masalah izin bukanlah kewenangan Satpol PP. Sebab, pihaknya sekadar memastikan usaha yang dikembangkan itu sesuai dengan izin yang dikeluarkan oleh instansi terkait.
Dia berharap pihak pengusaha kelab malam atau tempat karaoke di Kota Ternate bisa memahami kultur dan budaya masyarakat setempat yang terbangun sejak dulu.
"Harus tahu kultur dan budaya di Ternate seperti apa, dan visi misi dari pemkot itu seperti apa, sehingga dari Satpol sudah mengarahkan dan memberikan masukan ke pihak manajemen. Kalau hal itu (tarian erotis) dilarang keras. Apalagi di sini mayoritas muslim, dan pihak manajemen mengakui kesalahan," ujar Fandi.
Berdasarkan pemantauan Liputan6.com sejak Jumat 16 September pukul 11.30 hingga Sabtu (17/9/2016) 01.30 WIT, kelab malam tempat tarian erotis itu sepi dari pengunjung. Setelah dicek dan dicek ulang, ternyata kelab malam tersebut ditutup akibat lalai dalam menjalankan izin usahanya.
"Iya ditutup. Ada sedikit masalah. Belum dibuka. Kurang tahu masalahnya apa," kata salah satu sekuriti kelab malam tersebut saat disambangi Liputan6.com.
Saat ditanya, apa mungkin karena tarian erotis pada Sabtu malam, 11 September 2016, dia membenarkan. "Itu sudah (masalahnya). Besok malam (Sabtu malam ini) sudah buka," ia menambahkan.
Dia membenarkan ada kejadian tersebut. Menurut dia, kejadian tersebut sudah biasa, tetapi baru dipermasalahkan.
"Memang betul, tapi tidak seperti itu juga. Pakaian yang dipakai itu seksi, tapi tak seseksi itu. Karena pakaian yang dipakai itu ada lapisannya. Cuma kalau dilihat di (cahaya) remang-remang, ya lain. Tapi, sebenarnya tidak seperti itu (berbusana seksi dan agak telanjang)," sekuriti kelab malam tersebut memungkasi.
Advertisement