Liputan6.com, Rio de Janeiro - Pesta penutupan Paralimpiade Rio 2016 berlangsung meriah di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Senin pagi WIB (19/9/2016). Ajang empat tahunan untuk atlet difabel ini ditutup dengan deretan hiburan musik dan atraksi kembang api yang cantik.
Baca Juga
Advertisement
Berbeda dengan Olimpiade, pesta penutupan kali ini disesuaikan dengan kebutuhan khusus para pesertanya. Seluruh atlet duduk di tengah-tengah lapangan, menikmati sajian hiburan dan mereka bisa membaca kata demi kata yang diucapkan pembawa acara melalui layar-layar raksasa yang tersebar di Stadion.
Pada kesempatan kali ini pula, Presiden Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Sir Philip Craven menyerahkan tongkat estafet tuan rumah penyelenggara untuk empat tahun mendatang kepada Tokyo. Sir Philip memberikan bendera kepada walikota Tokyo sebagai simbol bahwa Paralimpiade akan 'pulang' ke tempat pertama kali pesta olahraga ini dihelat, yakni pada 1964.
Indonesia mengirim sembilan atlet untuk Paralimpiade 2016 ini. Tim Merah Putih turun di empat cabor, yaitu atletik, angkat besi, renang, dan tenis meja. Satu-satunya medali datang dari atlet angkat besi Ni Nengah Widiasih yang finis di peringkat tiga.
Ni Nengah berhak atas medali perunggu setelah mengangkat beban total seberat 95 kilogram. Bertanding di bawah suhu 21 derajat celcius di Riocentro Pavilion 2, dia kalah dari atlet Turki yang memecahkan rekor dunia dengan total angkatan 104 kilogram.
Tiongkok keluar sebagai juara umum pada Paralimpiade 2016 lewat total perolehan 239 medali, dengan rincian 107 emas, 81 perak, dan 51 perunggu. Inggris Raya menguntit sebagai runner-up dengan 64 emas, 39 medali perak, dan 44 perunggu.
Tuan rumah Brasil menempati posisi ke delapan, dengan membukukan 71 medali, masing-masing untuk 14 emas, 29 perak, dan 29 perunggu. Jauh di peringkat terakhir, delapan negara berbagi status juru kunci karena meraih satu perunggu yaitu: Indonesia, Cape Verde, Arab Saudi, Mozambik, Pakistan, Filipina, Rumania, dan Sri Lanka.