Liputan6.com, Jakarta - Guna mengembangkan sumber daya manusia yang unggul dan kompeten dalam menghadapi dunia industri, BDM School di kawasan Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) menyediakan pelatihan khusus bagi tenaga pendidik serta siswa dan siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan SDM di seluruh Indonesia.
Pimpinan BDM School Hamzah Ichwani menjelaskan, pelatihan yang diusung pihaknya menggunakan konsep real case dan project based learning.
Advertisement
"Sehingga tenaga pendidik dalam hal ini guru dapat memberikan pelajaran kepada seluruh peserta didik SMK bukan hanya teori, tapi dengan real case yang ada pada lapangan seperti apa," ujar Hamzah melalui keterangan tertulis, Jumat (14/6/2024).
Menurut dia, peserta didik dapat merasakan bagaimana ketika terjun di dunia industri yang sesungguhnya sesuai dengan jurusannya masing-masing.
Dengan harapan, kata Hamzah, seluruh guru dapat mengembangkan potensi siswa-siswi SMK dan siap terjun di dunia profesional.
"Kolaborasi antara pendidikan formal dan industri adalah kunci untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul sehingga dapat menciptakan ekosistem kerja yang sinergis dan berkelanjutan," ucap dia.
Dengan pengalamannya yang beberapa kali pernah menjadi kepala sekolah, Hamzah mengetahui bagaimana kondisi lapangan saat ini.
Di mana, kata dia, guru dan siswamungkin lebih banyak mempelajari teori saja, meskipun praktik dan disertai dengan Praktik Kerja Lapangan (PKL), akan tetapi perlu adanya tambahan pelatihan agar lebih mendalami setiap bidang yang dijalani dan ditekuni agar siap bersaing di dunia industri.
"Saat ini pendidikan di Indonesia perlu terus dikembangkan melalui kurikulum dalam pendidikan formal dan juga di support oleh pendidikan non formal yang memang mempelajari serta mendalami keahlian yang sesuai di Industri terkait agar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki," jelas Hamzah.
Kemenkes Sebut 65 Persen Anak Tidak Sarapan Saat Berangkat Sekolah, Apa Sebabnya?
Sebelumnya, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI Lovely Daisy menyatakan, ada temuan sebanyak 65 persen anak usia sekolah di Indonesia tidak sarapan saat berangkat sekolah.
Daisy menekankan kebiasaan tersebut merupakan hal yang tidak baik, karena 25 persen energi harian harus terpenuhi dari sarapan.
"Kan pagi ke sekolah, tidak sarapan, lalu menerima pelajaran di sekolah. Enggak bisa terbayang," ujar Daisy, Kamis 13 Juni 2024.
Daisy juga menyoroti adanya kebiasaan anak yang tidak sarapan dan memilih untuk jajan di kantin sekolah atau di pedagang kaki lima di sekitar sekolah saat waktu istirahat.
Menurut dia, mayoritas jenis jajanan yang ada di lingkungan sekolah yang merupakan makanan kekinian tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi yang seharusnya didapatkan pada saat sarapan.
"Nah itu yang menyebabkan sebenarnya di masyarakat kita itu banyak terjadi kekurangan zat gizi mikro. Jadi hampir di seluruh siklus kehidupan sejak balita, juga kita kekurangan zat gizi mikro," ucap Daisy.
Advertisement
Peran Aktif Orang Tua
Menurut Daisy, jenis makanan yang seharusnya dikonsumsi oleh masyarakat, terutama anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang, memiliki kandungan gizi seimbang yakni memenuhi kebutuhan gizi makro dan mikro.
Ia menjelaskan zat gizi makro berupa karbohidrat, protein, lemak, dan sebagainya. Sedangkan zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral yang terdapat pada buah-buahan dan sayur-mayur.
Untuk itu Daisy meminta kepada orang tua di seluruh Indonesia untuk lebih berperan aktif dalam memenuhi gizi anak demi menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat untuk masa depan bangsa.
"Mungkin banyak yang belum paham juga masyarakat kita bagaimana menyiapkan makanan untuk anaknya, sehingga nutrisi yang diberikan kepada anak itu memenuhi kebutuhannya, karena kebutuhan nutrisi seseorang itu akan berbeda-beda," kata Lovely Daisy.