Liputan6.com, Bratislava - Nikoletta Kovads rela menempuh perjalanan dua jam dari Budapest, Hungaria menuju Bratislava, Slowakia. Itu dilakukannya demi mengobati kerinduannya pada Tanah Sunda.
"Untuk bernostalgia kembali dengan musik dan tarian dari Sunda", ucap dia dalam Bahasa Indonesia yang cukup fasih kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Perempuan yang akrab disapa Niki itu adalah peserta program Darmasiswa tahun 2013-2014. Setahun itu ia tinggal di Bandung, Jawa Barat. Meski singkat, budaya Sunda terlanjur lekat dalam hatinya.
Ia ingin merasakan kembali lentunan musik khas Indonesia yang pernah dinikmatinya dua tahun silam saat menempuh studi kesenian di salah satu universitas di Bandung.
Niki kini menjadi seniman, pengajar lukis, serta guru Bahasa Inggris di Budapest, Hungaria. Bagi dia, penampilan budaya Sunda di Slowakia juga menjadi ajang reuni.
"Saya juga senang dapat kembali bertemu dengan teman-teman alumni penerima beasiswa Darmasiswa dan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) lainnya, dan tentunya kembali menikmati budaya Indonesia", lanjut Niki.
Advertisement
Niki tidak sendirian. Ada 15 alumni Darmasiswa dan BSBI lainnya datang ke BSF 2016 untuk melihat pertunjukkan kelompok kesenian Manikam Khatulistiwa. Para alumni tersebut tidak hanya berasal dari Bratislava, namun juga datang dari Budapest, Hungaria dan Praha, Republik Ceko.
Kesenian Sunda ditampilkan dalam ajang Bratislava Summer Festival (BSF) 2016.
Sejumlah pelaku seni dari Tanah Air ikut berpartisipasi. Tahun ini, partisipasi Indonesia direpresentasikan oleh kelompok Manikam Khatulistiwa dari Bandung, Jawa Barat.
Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat juga memanfaatkan ajang BSF 2016 untuk menggelar kampanye “Little Bandung Festival 2016” di kawasan Eropa.
Penampilan tim kesenian Manikam Khatulistiwa memukau sekitar 700 pengunjung yang memadati Main Square kota tua Bratislava -- melalui penampilan apik tari merak dan tari topeng yang diiringi kecapi, suling degung, tarompet, dan kendang Sunda.
Kelompok Manikam Khatulistiwa juga membawakan secara aktraktif musik Narajah -- doa kepada sang Pencipta untuk kesejahteraan dan perdamaian dunia -- dan Ngengklak, kolaborasi musik etnik dan modern yang diiringi tari bersama.
"Tujuan kami adalah mempromosikan kesenian dari Indonesia, khususnya kesenian daerah Jawa Barat. Persiapannya sudah sejak lama. Sebenarnya, kami berniat mengikuti BSF dua tahun lalu. Karena persoalan biaya yang besar dan sulitnya mendapat sponsor, kami baru bisa merealisasikannya tahun ini," ungkap Vinny Soemantri, pimpinan rombongan Manikam Khatulistiwa, kepada Liputan6.com.
BSF (dalam bahasa Slowakia Kulturne Leto A Hradne Slavnosti Bratislava) adalah festival seni dan budaya terbesar di Bratislava, yang juga menandakan penutupan musim panas di Slowakia.
BSF memiliki daya tarik tersendiri karena menampilkan 250 kegiatan kesenian dan budaya lokal dan multikultural dari 37 negara sehingga menjadikan magnet tidak hanya bagi masyarakat lokal tetapi juga turis asing yang berkunjung ke Bratislava.
Indonesia telah delapan kali berpartisipasi pada ajang tahunan BSF yang telah berlangsung sebanyak 41 kali.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Slowakia, Djumanotoro Purbo, mengaku bangga dengan penampilan pelaku seni dari kelompok Manikam Khatulistiwa.
Kedutaan Besar RI di Bratislava yang memfasilitasi partisipasi Indonesia di BSF 2016 ini berharap dapat memberikan hasil yang positif dalam rangka mempromosikan seni budaya Tanah Air kepada masyarakat Bratislava dan Slowakia pada umumnya.
"Penampilan Indonesia pada BSF ini merupakan promosi keunggulan bangsa Indonesia, yaitu kekayaan dan keragaman seni budaya Indonesia," ujar Djumantoro Purbo.
Pada akhir penampilan Manikam Khatulistiwa, suasana semakin meriah ketika para pengunjung ikut berjoget bersama diiringi medley lagu tradisional Sunda Tokecang, Manuk Dadali, Cing Cakeling, dan Pileleuyan.