Liputan6.com, Bandung - Sektor Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) perbankan di Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan yang luar biasa.
Josep Gergino Godong, Senior Executive Vice President CTO Bank Mandiri mengatakan, salah satu bentuk tantangan tersebut muncul dari keengganan generasi milineal untuk mengakses anjungan tunai mandiri (ATM) saat bertransaksi.
Mereka lebih senang seluruh kebutuhan finansialnya berbasis daring (online), terutama melalui aplikasi seluler. Melihat kecenderungan hal tersebut, perbankan pun harus mengikuti perubahan prilaku nasabahnya.
"Kini juga ada fintech (financial technology, red). Dulu perbankan bertahan dan rebutan pasarnya dengan operator telekomunikasi. Sekarang lebih luas karena pemain seperti Apple pun bisa masuk pasar keuangan," katanya kepada tim Tekno Liputan6.com di Bandung, baru-baru ini.
Baca Juga
Advertisement
Konstelasi yang ada membuat perbankan dan para pihak tersebut dalam posisi yang kadang saling mendukung hingga saling berlomba, yang tentunya sesuai dengan kebutuhan dan peraturan.
Di sisi lain, masyarakat Indonesia dinilai makin ekspresif dan bebas dalam menentukan pilihan ketika kecewa dengan sebuah layanan. Selain menumpahkan kekeselannya ke media sosial, persaingan ketat juga membuat masyarakat bisa kapanpun berganti perbankan.
Menurut dia, dengan kondisi-kondisi awal tersebut bisa memunculkan opsi ke masyarakat yang sekaligus menjadi ancaman terbesar bagi perbankan Indonesia. Sebab, sudah mulai ada pemikiran bahwa return terbaik bagi dana masyarakat tak selalu harus ke perbankan.
Oleh karenanya, kata dia, tantangan semua perbankan adalah makin meningkatkan kinerja dan kredibilitas (khususnya yang bertumpu TIK) sebagai lembaga keuangan pionir dan tertua yang ada di Indonesia.
"TIK harus mampu memberikan speed layanan yang kian baik kepada masyarakat jika ingin menang. Dari biasanya 10 detik proses, ya harus bisa ke dua detik. TIK juga harus terbukti makin mampu meningkatkan skalabilitasnya, terus naik dan naik apa yang dilayaninya," katanya.
Menurut Joseph, tantangan itu juga membuat solusi detil TIK harus dalam bentuk platform. Artinya, apapun dinamika internal, maka bisa disiasati dengan sebuah pola dan kerangka kerja standar yang bisa menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan.
(Msu/Ysl)