Liputan6.com, Jakarta - Twitter bisa dibilang tengah berada di kondisi pelik. Jejaring sosial microblogging itu baru saja dituntut ke pengadilan negeri San Francisco, Amerika Serikat. Tuntutan itu mengungkapkan bahwa Twitter dianggap "menyesatkan" penyandang dananya soal prospek pertumbuhan bisnis jangka panjang.
Para investor mengaku sudah mulai hilang kepercayaan dengan Twitter sejak November 2014 lalu.
Baca Juga
Advertisement
Saat itu, para eksekutif Twitter telah berjanji akan menggandeng 550 juta pengguna aktif bulanan (Monthly Activer User, MAU) dalam waktu singkat.
Di tahun 2015, jejaring sosial yang identik dengan logo burung biru itu mengalami pertumbuhan yang tidak terlalu signifikan. Dua tahun setelah 2014 Twitter baru memiliki 313 juta pengguna aktif bulanan saja. Mulai saat itu, pertumbuhan penggunanya melambat dan sahamnya terjun bebas.
Seperti dikutip dari CNET, Selasa (20/9/2016), itu memang bukan pertama kalinya Twitter berjanji kepada investor bahwa mereka bisa tumbuh cepat dalam waktu singkat. Akibatnya, harga saham mereka tidak stabil dan perlahan terpuruk.
Dengan begitu, para investor akhirnya terpaksa mengambil jalur hukum. Diungkap, tuntutan diajukan oleh investor yang membeli saham Twitter dari periode 6 Februari 2015 hingga 28 Juli 2015.
Sumber lain menyebutkan, alasan para investor mengajukan tuntutan ini juga disebabkan rendahnya jumlah jaringan pengguna Twitter dibandingkan pengguna media sosial lainnya, seperti Facebook dengan 1,71 miliar pengguna aktif bulanan dan Instagram dengan jumlah 500 juta pengguna aktif bulanan.
Hingga berita ini diturunkan, Twitter belum buka suara. Namun, untuk melihat poin-poin tuntutan investor kepada Twitter, klik tautan ini.
(Jek/Why)