Liputan6.com, Bengkulu - Pendudukan tentara Belanda di Bengkulu setelah proses pertukaran dengan Singapura menyisakan kisah tersendiri, khususnya di dunia pendidikan. Jejak kisah itu masih ada hingga kini.
Salah satu situs peninggalan sejarah Belanda adalah bangunan sekolah dasar atau Holandsch Inlandsche School (HIS) tempat para nona dan sinyo Belanda menimba ilmu pendidikan dasar.
Sekolah yang berada di Jalan Siti Khadijah, Kelurahan Pondok Besi, Kecamatan Teluk Segara, ini sudah berganti nama menjadi SD Negeri 4 Kota Bengkulu.
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, bangunan ini tidak boleh diubah bentuknya karena sudah tercatat sebagai cagar budaya.
Struktur bangunan khas bergaya Eropa dengan plafon tinggi berjendela besar membuat bangunan ini tidak memerlukan pendingin udara. Apalagi, di sekitar sekolah masih banyak pepohonan yang membuat suasana sejuk tetap terjaga.
Menurut Sudaryadi, staf pengajar di sana, struktur dinding bangunan tidak menggunakan batu bata. Hanya bilah bambu yang dianyam dan diikat besi serta dilapisi adukan semen saja.
"Bangunan ini tahan gempa. Sudah dua kali gempa besar datang, tidak ada satu bagian dinding yang retak," ujar Sudaryadi di Bengkulu, Selasa (20/9/2016).
Banyak Keanehan
Sudaryadi yang tinggal di lingkungan sekolah itu sejak 1997 mengaku sering melihat keanehan di sekolah tersebut, terutama pada malam hari. Sesekali dia mendengar suara delman atau kereta kuda masuk ke halaman sekolah.
Pada awal sekolah ini berdiri pada 1934, hampir seluruh murid yang merupakan anak pembesar Belanda di Bengkulu diantar jemput menggunakan delman.
Dia juga sering mendengar suara guru mengajar di dalam salah satu ruang kelas menggunakan bahasa Belanda. Bahkan, suara murid sekolah gaduh hingga nyanyian berbahasa Belanda sangat sering terdengar.
"Pernah pada satu malam, saya melihat bayangan anak perempuan mengenakan pakaian putih bertopi lebar sedang berdansa bersama murid pria mengenakan jas diiringi musik klasik. Sangat lama, hingga menjelang Subuh, baru menghilang," kata Sudaryadi.
Dia mengaku pada 2010 lalu, ada sepasang suami istri dari Belanda mendatanginya dan mengaku bersekolah di sana sewaktu ikut orangtuanya ke Bengkulu. Mereka berkeliling di hampir seluruh ruangan, lalu masuk ke ruang kelas dan duduk di bangku seolah-olah sedang belajar.
"Saya jelaskan bahwa sekolah ini tetap akan dipertahankan bentuk aslinya. Mereka sangat senang dan berjanji akan datang kembali membawa cucunya," kata dia.
Kepala SD Negeri 4, Zunaida, mengatakan sejak sekolah itu ditetapkan sebagai situs cagar budaya, mereka tidak diperbolehkan mengubah bentuk. Bahkan jika ingin memperbaiki atap yang bocor saja, mereka harus melapor dulu ke pihak yang berwenang.
"Kami tidak berani mengubahnya, biarkan terus seperti ini," kata Zunaida.