Liputan6.com, Depok - Sebanyak 576 murid Sekolah Dasar Negeri Pitara 2 Depok belajar jauh dari nyaman. Saban hari mereka berdesakan saat belajar dan bergantian dengan kelas lainnya.
Hal ini disebabkan sekolah tersebut ditinggal oleh kontraktor yang mengerjakan renovasi gedung sekolah. Tadinya, Sekolah yang beralamat Jl Pitara Raya Nomor 165, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok memiliki 6 ruangan dengan kapasitas 14 Rombongan Belajar (Rombel). Kala itu memang kondisi sebagian bangunan sekolah tersebut sudah lapuk dan terlihat kusam.
Advertisement
"Ini (sekolah) bangunan lama, atapnya saja terbuat dari asbes. Terutama yang tiga ruang kelas yang berada di samping ruang guru," kata Umardani, Kepala Sekolah SDN Pitara 2 Depok, Selasa (20/9/2016) saat ditemui di sekolah tersebut.
Pihak sekolah kemudian meminta perbaikan tiga ruang belajar yang dikhususkan untuk kelas 1 dan 2 tersebut ke UPT Pancoran Mas. Tak lama setelah itu, datanglah seseorang yang mengaku pengembang dan akan memperbaiki ruang kelas tersebut.
"Kami minta UPT sekitar tahun 2013 lalu. Kemudian UPT meninjau. Tiba-tiba Akhir Oktober 2015 kami dapat pemberitahuan bahwa tiga ruangan tersebut akan dibongkar," ujar Umardani.
Anehnya, selama pembangunan tidak ada papan kegiatan proyek. Tidak hanya itu kepala sekolah tidak pernah dilibatkan dalam pembangunan tersebut.
"Pemborong atau pengembang tidak pernah ngobrol sama saya. Jadi saya tidak tahu menahu soal pembagunan ini jangka waktunya berapa? Apalagi soal pemborongnya siapa," Umardani menerangkan.
Umardani menuturkan, rupanya pembangunan itu tidak berlangsung lama sebab sejak Januari 2016 tidak ada lagi pembangunan. Bahkan tiang pancang yang telah berdiri belum juga dicor hingga sekarang.
"Enggak tahu kenapa itu bisa terjadi, saya juga enggak tahu dia (pengembang) kabur atau enggak," ujar Umardani.
Dia menambahkan, akibat mangkraknya renovasi berdampak pada jam belajar siswa. Selain itu, sebagian murid-murid juga terpaksa belajar di musala dan ruang komputer.
"Jam belajar jadi berkurang, karena kami siasati yang tadi 4-5 jam menjadi 3 jam saja. Terutama paling kelas 6 yang kami banyakin jam belajarnya," terang Umardani.
"Jam belajarnya juga dibagi menjadi dua gelombang yakni pagi dan siang. Sekarang ruangannya belajarnya juga tinggal 4. Itu juga karena kami gunakan ruang komputer dan musala," dia menambahkan.
Umardani menambahkan, keluhan lain yang paling dirasakan oleh sekolah yakni berkurangnya penerimaan siswa baru pada tahun 2015 kemarin.
"Biasanya kami menerima 3 kelas menjadi 2 kelas saja. Karena itu tadi ruang belajarnya tidak ada," Umardani menuturkan.
Umardani berharap agar bangunan segera diselesaikan. mengigat proses belajar mengajar membutuhkan waktu yang panjang.
"Kasian kalau lama-lama begini," ujar dia.
Sementara itu saat dikonfimasi Kepala Dinas Pendidikan, Thamrin menjelaskan, pengerjaan sekolah ini dimulai Oktober 2015 tapi sampai Desember 2015 waktu yang ditentukan belum juga beres. Pihaknya lalu memutuskan untuk memutuskan kontrak kerja dengan pengembang.
"Anggarannya Rp 462 juta dengan masa tenggang 75 hari," jelas Thamrin.
Dia mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan kembali melanjutkan pembangunan sekolah tersebut demi kenyamanan belajar para siswa.