Liputan6.com, Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta akan membangun technopark di Wates, Kulonprogo. Lahan awal yang disediakan seluas enam hektare dan merupakan bantuan dari Pemda DIY. Technopark tersebut dijadikan teaching factory atau tempat magang sekaligus produksi beberapa alat kesehatan.
"Selama ini banyak sekali peralatan medis atau kesehatan yang diimpor oleh Indonesia dan harganya mencapai miliaran rupiah. Oleh karena itu, UGM sudah mulai memproduksi alat-alat tersebut dalam skala terbatas dan keberadaan technopark bisa mengembangkan produksi alat-alat itu," ujar Rektor UGM Dwikorita Karnawati seusai pembukaan UGM Expo di Grha Sabha Pramana, Selasa, 20 September 2016.
Alat kesehatan yang dimaksud bervariasi, mulai dari manekin alat peraga untuk melatih mahasiswa kedokteran yang diproduksi sebanyak 400 unit per tahun, sampai robot untuk melatih pasien pasca-serangan stroke.
Selain itu, UGM juga sudah mengembangkan produk kesehatan Inashunt untuk menyedot cairan pasien hidrocefalus dan sudah diterapkan di RSUP Dr Sardjito.
Dwikorita mengungkapkan Kulon Progo dipilih sebagai lokasi pembangunan technopark untuk mengembangkan wilayah tersebut. Pasalnya, selama ini anak muda di kabupaten tersebut kebanyakan memilih untuk bekerja di luar daerahnya.
Baca Juga
Advertisement
Rencananya, technopark juga menjadi sekolah vokasi dan tempat praktik magang untuk anak muda. Tidak hanya itu, pengembangan RSUD Wates sebagai rumah sakit pendidikan dinilai sejalan dengan program kesehatan yang diusung oleh UGM ini.
"Pembangunan gedung mulai 2018, tetapi persiapan produksi alat sudah dimulai sejak sekarang," ucap dia.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan UGM Muhammad Sulaiman menuturkan selain technopark, juga akan dibangun teaching industry di Purwomartani, Kalasan.
"Sekarang sedang penjajakan dengan menteri perindustrian dan swasta," ujar dia.
Ia menjelaskan salah satu produknya adalah ring jantung. Selama ini, ring jantung selalu diimpor dan harganya mahal. Jika UGM memproduksi sendiri, harganya bisa tiga kali lebih murah.
Ia menerangkan tes klinis dilakukan kepada kera selama tiga bulan, setelah itu baru diujicobakan ke manusia. Kalau berhasil dan layak, bisa mengajukan proposal ke pemerintah.
Sulaiman menekankan, tiga hal penting dalam teaching industry, yaitu SDM yang berkualitas, produk yang inovatif, dan produk yang dibutuhkan masyarakat.