Liputan6.com, New York - Harga minyak bergerak naik dari posisi terendah dalam satu bulan terakhir pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penguatan tersebut setelah negara-negara eksportir minyak terbesar di dunia melakukan pembicaraan lebih lanjut untuk mengelola harga minyak.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (21/9/2016), harga minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Oktober ditutup naik 14 sen atau 0,3 persen ke level US$ 43,44 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sedangkan harga minyak Brent, yang menjadi patokan global, kehilangan 7 sen, atau 0,2 persen ke level US$ 45,88 per barel.
Baca Juga
Advertisement
Rusia mendukung kesepakatan yang telah dibuat oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) untuk menstabilkan pasar minyak setidaknya selama setahun ini.
Perwakilan Rusia di OPEC Vladimir Voronkov mengatakan bahwa syarat-syarat dalam kesepakatan tersebut tidak memberatkan bagi Rusia. "Kesepakatan setahun ini sesuai dengan kriteria kami," jelas dia.
Selain itu, Sekretaris Jenderal OPEC Mohammed Barkindo menjelaskan bahwa para pejabat Iran juga telah berkomitmen untuk kembali melakukan negosiasi dengan OPEC untuk mendukung kesepakatan pengelolaan minyak. OPEC dan Iran akan kembali bertemu di Aljazair pada pada pekan depan.
"Ini cukup positif. Sebagian besar pelaku pasar mulai percaya dengan usaha ini," kata Senior Vice President R.J. O’Brien & Associates LLC, Ric Navy.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak juga naik didukung oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang membuat komoditas seperti minyak mentah, lebih terjangkau bagi pemegang euro dan mata uang lainnya. (Gdn/Ndw)