Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) akan meracik Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium sendiri di fasilitas blending Tanjung Uban, Bintan. Dengan begitu dapat menghemat impor sebesar 2 juta barel per bulan.
Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, Daniel Purba mengatakan, fasilitas blending Tanjung Uban sebelumnya hanya berperan sebagai terminal BBM berkapasitas 60 ribu KL.
Namun ada pengembangan dengan membangun infrastruktur racikan BBM, penambahan empat tangki kapasitas 50 ribu Kilo Liter (KL) dan dermaga berkapasitas 100 ribu DWT.
"Tangki yang sudah eksisting 15 ribu KL ada empat. Itu hanya sebagai penampung saja," kata Daniel, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (20/9/2016).
Baca Juga
Advertisement
Daniel melanjutkan, fasilitas tersebut ditargetkan selesai Desember 2016 dan dapat beroperasi komersial semester I 2017.
Dengan begitu Pertamina dapat meracik BBM sendiri di luar fasilitas pengolahan minyak mentah (kilang), sehingga impor premium dapat berkurang sebanyak 2 juta KL per bulan dan mengurangi biaya pengadaan BBM.
Ke depannya juga ada potensi pengembangan bisnis penjualan BBM Pertamina di pasar internasional. Lantaran letak fasilitas Tanjung Uban berhadapan langsung dengan Singapura. Hal tersebut menjadi peluang untuk melebarkan sayap.
Daniel menuturkan, penurunan biaya pengadaan BBM pun terjadi karena Pertamina bisa mencari bahan mentah pembuatan BBM dan meraciknya sendiri untuk jadi Premium. Fasilitas yang pertama kali dimiliki Pertamina tersebut ke depannya juga akan menghasilkan Pertamax dan Pertalite
"Kita sedang berusaha melakukan aktivitas sendiri. Memang Singapura saja yang bisa blending, kita mulai dengan migas 88," tutur Daniel.
Saat ini Pertamina sedang mempelajari cara pencampuran bahan mentah untuk menghasilkan BBM dan sedang mencari kemungkinan kerja sama untuk pengembangan bisnis di luar negeri.
"Blending juga ada risikonya juga. Tidak gampang, kita sedang mempelajari kemungkinan melakukan, sambil menunggu terminal selesai," tutur Daniel. (Pew/Ahm)