Liputan6.com, Yogyakarta - Borobudur Writers and Cultural Festival akan digelar pada 5-8 Oktober 2016. Tema yang dipilih tahun ini merayakan 200 tahun Serat Centhini . Lokasi festival ini terutama di kawasan sekitar candi yang dibangun oleh Dinasti Syailendra itu.
Kemahsyuran Borobudur diakui dunia hingga masuk sebagai salah satu dari keajaiban dunia. Namun siapa sangka, asal mula nama Borobudur masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti dan akademisi. Hingga kini belum ada yang bisa memastikan asal mula nama candi Budha tersebut.
"Banyak pendapat yang bermunculan soal asal nama Borobudur dan itu jadi pro kontra," ujar Ririn Darini, dosen Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kepada Liputan6.com, Selasa, 20 September 2016.
Ia mengungkapkan Sir Thomas Stamford Raffles, Gubenur Jenderal Inggris atas Jawa, pertama kali menemukan keberadaan candi ini pada 1814. Ketika itu, kondisinya masih tertimbun tanah menyerupai bukit.
Baca Juga
Advertisement
Raffles disebut-sebut mencetuskan nama Borobudur yang berasal dari kata Boro (nama tempat) dan Budur (purba) yang berarti Boro yang purba.
Sejarawan lain menuturkan hal berbeda. Ririn menyinggung sejarawan J.G. de Casparis mengaitkan nama Borobudur dengan prasasti Kahulunan yang ditemukan di areal sekitar Candi.
Casparis mempercayai nama asli Borobudur adalah Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam Bahasa Sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa".
Hal itu muncul seiring dengan kisah Pramudyawardani, putri Samaratungga, yang mempersembahkan sima atau tanah bebas pajak untuk merawat bangunan suci yang disebut Bhūmisambhāra.
Sementara itu, Purbacaraka, arkeolog Indonesia, juga memiliki teori sendiri tentang asal nama Borobudur. Bara berarti biara dan Bhudura yang berarti daerah perbukitan. Artinya, biara di daerah lereng gunung.
"Yang ini sesuai dengan Kitab Negarakertagama ada istilah bhudura di sana," ucap Ririn.