Liputan6.com, Jakarta - Berstatus sebagai pemain hebat ternyata tak lantas membuat kelima pemain ini pernah mengecap penampilan di tim nasional (timnas) masing-masing. Sepanjang karier sepak bolanya, mereka tidak bernah 'berkeringat' dengan memakai kostum timnas.
Baca Juga
Advertisement
Berbagai alasan melatarbelakangi kegagalan mereka. Mulai dari sentimen pribadi terhadap pelatih yang ketika itu menjabat, hingga kalah bersaing dengan pemain lain yang dianggap lebih bertalenta.
Salah satu yang ada dalam daftar adalah Paolo Di Canio. Pria yang eksentrik ini ternyata tak pernah berhasil mencatatkan sebiji caps pun bersama timnas Italia. Padahal, sebagai striker, naluri golnya cukup mumpuni.
Terbukti, ia mencetak 127 gol dari 534 penampilan sepanjang kariernya dari 1985 hingga 2008. Di Canio pun pernah bermain di klub-klub besar seperti AC Milan, Juventus, dan Lazio.
Seperti dilansir thesportster, berikut kelima pemain yang tak pernah mencatat satupun caps bersama timnas masing-masing:
1. Paolo Di Canio
Di Canio adalah salah satu pemain hebat Italia. Ia pernah bermain di klub-klub besar seperti AC Milan, Juventus, Napoli, dan Lazio.
Kendati demikian, Di Canio ternyata tak pernah dipanggil ke timnas senior Italia. Pria yang kini berusia 48 tahun itu cuma pernah berkostum timnas di tingkat junior.
Timnas tak memanggil Di Canio lantaran yang bersangkutan adalah simpatisan pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini. Bahkan, Di Canio punya tato Musollini di punggungnya.
Seperti diketahui, Mussolini adalah pemimpin fasis Italia yang menerapkan pemerintahan diktator di Italia dari 1922 hingga 1943. Di bawah Mussolini pula, Italia terseret ke dalam Perang Dunia ke-II.
Advertisement
2. Dario Hubner
Nama Dario Hubner mungkin tidak setenar Filipo Inzaghi atau Francesco Totti. Namun Hubner masuk buku sejarah Liga Italia kala ia berhasil menjadi topskor tertua Liga Italia di musim 2001/02 dengan usia 35 tahun. Rekor itu kini dipegang oleh Luca Toni.
Yang menarik, Hubner melakukan hal tersebut bersama klub kecil, Brescia. Selama kariernya, Hubner memang tak pernah bermain bagi tim-tim besar.
Tak heran, Hubner tak pernah dipanggil timnas Italia. Apalagi, Italia juga memiliki nama-nama seperti Inzaghi, Totti, dan Alessandro Del Piero ketika Hubner masih bermain.
3. Agostino di Bartolomei
Sebelum Francesco Totti jadi idola publik Roma, ada nama Agostino di Bartolomei yang menempati posisi tersebut. Ya, Bartolomei adalah Pangeran Roma sebelum Totti.
Bartolomei menghabiskan waktu 12 tahun berkostum Roma dengan menjabat sebagai kapten tim. Ia memenangkan 3 Copa Italia, 1 trofi Serie A dan runner up Piala Champions.
Sayangnya prestasi itu tak cukup mengantarkan Bartolomei ke timnas. Selama kariernya, ia hanya pernah berkostum timnas Italia U21.
Pada tahun 1994, Bartolomei ditemukan mati bunuh diri di usia 39 tahun. Diduga, penyebab kematiannya adalah rasa frustasi.
Advertisement
4. Steve Bruce
Kokoh dan sulit ditembus, itulah yang menggambarkan karakter permainan Steve Bruce sebagai bek tengah. Kala masih bermain, Bruce jadi benteng yang sulit ditembus di lini belakang Manchester United (MU) bersama dengan Gary Pallister.
Ia turut membantu MU memenangkan 3 titel juara Liga Inggris dan 3 titel juara Piala FA. Bruce juga sempat menjadi kapten MU selama dua tahun.
Dengan sederet prestasi itu, Bruce seyogyanya memang masuk timnas. Tapi ternyata, ia tak kunjung mendapat panggilan hingga akhirnya pensiun pada 1999.
Kendati demikian, Bruce tetap masuk buku sejarah sepak bola Inggris dengan status bek Inggris paling produktif sepanjang sejarah. Total, Bruce mencetak 113 gol dari 926 pertandingan.
5. Bert Trautmann
Di daftar terakhir ada nama kiper legendaris Jerman, Bert Traumann. Di era 40'an, Trautmann adalah sosok kiper yang disegani di Inggris.
Trautmann mencatatkan kesuksesan ketika bermain bagi Manchester City dengan menetap di klub tersebut selama 15 tahun. Trautmann turut mempersembahkan Piala FA bagi The Citizens.
Meski kehebatannya tak diragukan, Trautmann gagal tampil bersama timnas Jerman. Itu setelah adanya peraturan yang tak mengizinkan pemain yang bermain di luar negeri untuk berkostum timnas.
Akibatnya, Trautmann gagal membela Jerman di Piala Dunia 1954, ketika Jerman keluar sebagai juara. Padahal, kehebatan Trautmann digadang-gadang lebih hebat dari kiper yang menghuni timnas saat itu.
Advertisement