Liputan6.com, Jakarta - Penanganan jemaah haji Indonesia menjadi contoh bagi penyelenggara haji Malaysia. Lembaga penyelenggara haji Malaysia, Tabung Haji Malaysia, mengaku belajar banyak dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi.
Salah satu yang dicontoh Malaysia adalah penyelenggaraan safari wukuf bagi jemaah yang sakit saat puncak haji.
Advertisement
"Tahun ini pertama kali kami melakukan safari wukuf setelah belajar dari Indonesia," kata Ketua Rombongan Resmi Haji Malaysia Dato Syed Saleh di Kantor Daerah Kerja Mekah, Rabu malam (21 September 2016) waktu Arab Saudi.
Dato Syed Saleh berkunjung ke Kantor Daerah Kerja Mekah PPIH dengan didampingi 13 anggota timnya.
Kedatangannya untuk saling bertukar pikiran tentang penyelenggaraan haji dengan petugas dari Indonesia.
Ia menjelaskan, Malaysia menggunakan empat bus dan tujuh ambulans untuk mengangkut jemaah haji yang sakit, dan tidak dapat mengikuti wukuf atau berhenti di Arafah dengan mandiri.
Empat bus dan tujuh ambulans itu, menurut dia, digunakan untuk membawa 68 pasien ke Arafah dan kembali lagi ke fasilitas kesehatan.
Dari empat bus tersebut, dua bus dimodifikasi khusus untuk jemaah berbaring atau yang memerlukan fasilitas khusus, dan dua bus untuk jemaah yang dapat duduk.
Selain 68 jemaah yang harus melakukan safari wukuf, ia mengatakan, ada lima jemaah yang tidak dapat mengikuti wukuf karena kritis dan lima jemaah meninggal dunia.
"Alhamdulillah safari wukuf bisa berjalan dengan baik... hasil perbincangan dengan Indonesia," kata Dato Syed Saleh seperti dilansir dari Antara, Kamis (22/9/2016).
Gelang Tiga Warna
Terkait jumlah kematian jemaah haji Malaysia yang rendah, ia menjelaskan, sejak awal petugas telah melakukan pemantauan kesehatan.
Jemaah juga diwajibkan melakukan vaksinasi meningitis, influenza, dan pneumonia. "Karena belajar dari pengalaman lalu, jumlah pneumonia jauh lebih tinggi dari jantung," kata dia.
Ia juga menjelaskan bahwa petugas kesehatan melakukan kunjungan ke setiap kamar jemaah menjelang dan setelah puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Pada kesempatan itu, Tabung Haji Malaysia, yang telah memiliki sistem aplikasi teknologi pemutakhiran data secara langsung dan terhubung juga menanyakan detail proses pemeriksaan kesehatan jemaah haji oleh Indonesia.
Mereka tertarik dengan sistem pemantauan kesehatan jemaah haji Indonesia melalui gelang kesehatan. Gelang itu terbagi atas tiga warna, yaitu merah untuk jemaah usia di atas 60 tahun dengan penyakit bawaan, kuning untuk jemaah usia di bawah 60 tahun dengan penyakit bawaan, dan hijau untuk jemaah usia di atas 60 tahun tanpa penyakit bawaan.
Dalam pertemuan yang selesai hampir tengah malam itu, Tabung Haji Malaysia juga mengusulkan agar negara-negara Asia Tenggara dapat membahas penyelenggaraan haji secara rutin untuk menguatkan negosiasi dengan Pemerintah Arab Saudi.
Advertisement