Liputan6.com, Jakarta - Yahoo mengonfirmasi setidaknya 500 juta akun penggunanya telah diretas. Terungkap, pencurian data dari 500 juta akun tersebut menjadi salah satu kejahatan siber terbesar yang pernah ada.
Dikutip dari CNN Money, Jumat (23/9/2016), Yahoo percaya bahwa pihak di balik kejadian ini adalah "aktor yang disponsori pemerintah". Artinya, ini merupakan suatu tindakan individual atas nama pemerintah.
"Informasi akun yang dicuri meliputi nama, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, kata sandi dan, dalam beberapa kasus, pertanyaan dan jawaban keamanan terenkripsi atau tidak terenkripsi," kata Yahoo dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga
Advertisement
Yahoo menyarankan penggunanya untuk mengganti kata sandi dan pertanyaan keamanan mereka. Selain itu, Yahoo juga mendesak penggunanya untuk memeriksa dengan saksama apakah ada aktivitas mencurigakan atau tidak.
Adapun data keuangan sensitif seperti nomor rekening bank dan kartu kredit, menurut klaim Yahoo, diyakini tidak termasuk ke dalam informasi yang dicuri. Sekarang Yahoo tengah bekerja sama dengan penegak hukum untuk mempelajari lebih lanjut kejadian ini.
"FBI sedang menyelidiki kasus ini. Kami menanganinya dengan sangat serius dan akan memastikan bagaimana ini terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atasnya," kata seorang juru bicara FBI. "Kami akan terus bekerja sama dengan sektor swasta dan berbagi informasi, sehingga mereka dapat mengamankan sistem mereka dari penjahat siber."
Isu pencurian data besar-besaran pertama kali berembus pada bulan Agustus, ketika seorang peretas bernama "Peace" mengklaim mengantongi data dari 200 juta orang pengguna Yahoo. Bukan hanya itu, "Peace" juga sebelumnya berkoar bahwa ia memiliki data dari pengguna LinkedIn dan MySpace.
(Why)