Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan telah mengonfirmasi bahwa negaranya telah menyusun sejumlah rencana untuk menyerang pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, jika diktator itu terbukti akan meluncurkan serangan nuklir.
Rencana itu diberi nama Korea Massive Punishment and Retaliation. Secara langsung menargetkan lokasi penting Korut, termasuk pos komando perang, jika serangan nuklir terdeteksi.
Advertisement
Menteri Pertahanan Korsel Han Min-koo mengungkapkan rencana tersebut dalam sebuah pertemuan anggota parlemen dan mengatakan bahwa unit tersebut sedang dihimpun.
Ia juga menambahkan, Seoul perlu mempertahankan jumlah pasukan di angka 500.000 atau lebih untuk melawan invasi Korut yang memiliki 1,2 juta tentara.
"Jika sudah jelas bahwa musuh akan menggunakan misil berujung nuklir untuk melancarkan tujuan-tujuannya, konsepnya adalah (pasukan khusus) membalas lokasi penting wilayah yang diliputi kepemimpinan Korea Utara," ujar Han kepada media lokal News1.
Kepala direktur perencanaan strategis di Kepala Staf Gabungan Seoul Leem Ho-Young, juga berbicara tentang rencana tersebut. "Kami akan mengerahkan pasukan penyerang dengan misil berpandu dan pasukan elit khusus," ujar Leem.
Dikutip dari Daily Mail, Jumat (23/9/2016), Korsel tak memiliki senjata nuklir sendiri dan berlindung di bawah payung nuklir Amerika Serikat yang telah menempatkan 28.500 tentaranya di Negeri Gingseng.
Namun terdapat sejumlah suara yang berkembang menyerukan agar Korsel memiliki senjata nuklir sendiri.
Berita tentang rencana tersebut datang setelah AS dan Korsel disebut telah mempersiapkan melakukan serangan pura-pura pada fasilitas nuklir Korut di tengah kekhawatiran bahwa Kim Jong-un akan melakukan uji coba misil lain.
Seorang pejabat Departemen Pertahanan Korsel mengatakan kepada CNN, mereka dan AS akan melakukan latihan bersama bulan depan. Simulasi 'Red Flag' itu rencananya akan berlangsung di Alaska pada 3 hingga 21 Oktober.
Operasi tersebut akan menggunakan GBU-31 Joint Direct Attack Munition, yakni sebuah perangkat pengubah bom yang biasanya hanya jatuh bebas menjadi amunisi berpandu.
Pada awal bulan ini, Korut melancarkan uji coba nuklir yang kelima, mendorong para pejabat Korsel dan AS bersumpah untuk menerapkan lebih banyak sanksi dan desakan kepada Korut.
Korut telah dijatuhi sanksi paling berat PBB dalam dua puluh tahun menyusul uji coba nuklir yang dilakukannya pada Januari lalu. Namun negara itu mengatakan bahwa mereka memerlukan senjata nuklir dan misil untuk melindungi negaranya dari ancaman militer AS.