Liputan6.com, Jakarta Lelarian Sana Sini (LSS) bukan komunitas lari biasa. Komunitas yang genap berumur dua tahun pada Oktober 2016 ini tercetus karena keprihatinan Okta Adi Prasetyo melihat jiwa nasionalisme generasi muda yang mulai luntur.
Ide membuat komunitas LSS bermula dari Okta yang memang gemar lari. Ia rutin lari supaya bobot tubuh yang sudah masuk kategori "menakutkan" turun ke angka normal. Dari kegiatan tersebut, Finance Accounting Manager PT Indonesia Stanley Electrics ini berhasil mencapai target yang diinginkan.
Advertisement
Baca juga: Tak Kenal Kata Lelah di Komunitas Zona Siksaan Adrian
Suatu hari saat sedang lari di Gelora Bung Karno ia bertemu salah seorang sahabat yang juga pelari. Okta lalu melontarkan ide membentuk komunitas lari yang ternyata disambut baik sang sahabat bernama Audie Latuheru.
"Saat itu saya bilang ingin bikin satu komunitas yang lebih nasionalis untuk membangkitkan mental generasi muda agar tidak terpuruk. Esensi dari LSS ini selain hidup sehat, kita ingin mengubah mental agar generasi penerus tetap berpendirian dalam hal kesehatan," ujar Okta kepada Health Liputan6.com pada Jumat (23/9/2016).
Pemberian nama LSS atau Lelarian Sana Sini, kata Okta, karena semakin "kampungan" semakin mudah diingat.
Ciri khas LSS yang tampak tidak dimiliki komunitas lari lain adalah cara para anggotanya berkomunikasi. Baik ucapan maupun lewat tulisan di kaos dan segala media yang mereka punya, anggota LSS berusaha mengerem kebiasaan berbicara menggunakan bahasa Inggris.
"Sudah terlalu banyak yang menggunakan istilah kebarat-baratan. Kami di LSS ingin menjadi tonggak agar jargon-jargon Indonesia kembali lagi. Sebagai wujud cinta Indonesia," kata Okta. "Semakin Indonesia semakin bangga," kata dia menambahkan.
Begitu juga dengan gambar yang menempel di kaos seluruh anggota LSS. Corak dan pilihan warna yang melukiskan Indonesia banget. Gambar yang menempel dari kuda lumping sampai tari legong. "Semua budaya akan kita tongolin. Kayak kemarin waktu komando run, tema yang diambil menggambarkan tentara Indonesia," kata salah seorang anggota Danny Siwu.
LSS menerima siapa saja yang mau bergabung
LSS tidak pernah melarang seluruh anggota untuk bergabung ke komunitas lari lain. LSS menerima siapa saja yang mau bergabung dengan tangan terbuka. Tidak peduli orang tersebut berasal dari komunitas lari yang sudah punya nama maupun yang baru mau rutin lari.
"Di sini tidak peduli mau larinya kencang, mau lari sedang, maupun lari yang lambat. Karena kita di sini melakukan lari bersama-sama," kata Danny Siwu.
"Esensi LSS adalah mengubah pola pikir bangsa ini. Jangan sampai terpuruk karena rokok, narkoba, seks bebas, dan hal-hal negatif yang lain. Kita di LSS memberikan satu wadah untuk hidup sehat," kata Okta.
LSS memiliki anggota yang terdiri dari berbagai macam latar belakang. Pilot, polisi, dokter, sampai ahli gizi. Tak jarang dokter dan ahli gizi ini berbagi pengetahuan mengenai asupan makan yang harus dikonsumsi sebagai penunjang hidup sehat para anggota.
"Di LSS ini ada yang memang pelari pemula, yang sudah rutin, bahkan ada yang memang serius lari. Ada juga yang cuma sekadar lari. Seminggu sekali, seminggu empat kali, dan ada juga yang bikin program untuk ikut race. Kita cuma ingin menularkan virus lari. Yang tadinya tidak suka, kita kenalkan, biar pada suka. Ujung-ujungnya rutin lari," kata Okta.
Danny Siwu menambahkan bahwa keberadaan LSS bukan untuk bersaing dengan komunitas lari lain melainkan untuk bersanding. "Kalau mau bergabung di kita karena merasa nyaman, silakan. Kalau tidak, ya enggak apa-apa," kata dia.
Advertisement
LSS, satu-satunya komunitas yang punya aplikasi sendiri
Komunitas lari yang punya aplikasi sendiri baru LSS, kata Okta. Aplikasi LSS yang bisa diunduh di Apple Store dan Google Play Store memiliki program yang mengakomodir semua kebutuhan pelari. Ada jadwal lomba, trik dan cara berlari yang benar, tempat menumpahkan keluh dan kesah, dan foto-foto narsis diri sendiri sewaktu sedang lari.
Okta menjelaskan bahwa aplikasi LSS hadir dengan dua menu baru yaitu daftar anggota LSS dan pendaftaran lomba. Bagi yang ingin atau belum bergabung dengan LSS sudah bisa mendatar melalui aplikasi ini.
"Tunggu kejutan terkait agenda lomba lari LSS," ujar Okta.
LSS juga punya satu trik yang diberi nama trik pinggang. Pencipta trik ini tak lain adalah Audie Latuheru. Okta mengatakan trik pinggang untuk mengakomodir gravitasi tubuh dengan kaki yang benar saat berlari.
"Posisi tubuh harus miring dan hentakkan kaki ke depan. Sehingga lari tidak capai. Untuk menguasai trik ini harus fokus. Saya sendiri baru kuat sampai 5K belum lebih menggunakan trik ini. Lebih dari 10K berarti bagus," kata Okta.
Komunitas LSS bikin tantangan lari 300K
Komunitas lelarian sana sini atau LSS pernah bikin tantangan untuk merayakan ulangtahun pertama pada 2015. Semua pelari dari yang pemula sampai yang profesional ditantang menyelesaikan lari 300K selama tiga bulan. Masing-masing pelari akan memperebutkan kaos "penamat" yang tak bisa dimiliki semua pelari.
"Istilah penamat itu untuk finisher. Orang tahunya finisher. Cuma kita yang menggunakan istilah Penamat. Di tantangan tersebut kita rapikan sesuai kategori. Kita lihat di aplikasi, siapa yang bisa menyelesaikan tantangan dalam seminggu akan kita satukan dengan yang sama-sama seminggu. Yang tiga bulan juga begitu. Jadi, masing-masing orang punya kesempatan. Baik yang pemula maupun yang sudah rutin," kata danny Siwu.
Salah satu pelari yang juga anggota LSS yang bisa menyelesaikan tantangan lari 300K ini adalah Isti wahyu Kurniangsih. Dalam sehari Isti mampu lari sejauh 10K di pagi dan sore hari. Selama tiga bulan Isti berhasil mencapai target 300K.
"Setelah itu memang capai banget. Istirahat empat sampai seminggu, sesudah itu terpacu lagi mau ikut lari dengan jarak yang lebih jauh lagi," kata Isti.
Advertisement
lari bersama komunitas LSS jauh lebih menyenangkan
Bintang Hutagalung membuktikan bahwa lari bersama komunitas seperti Lelarian Sana Sini atau LSS jauh lebih menyenangkan. Bintang bukan pelari baru. Bintang pelari lama yang sudah sering membuat target untuk diri sendiri. Seperti saat berulang tahun ke-48, Bintang menghadiahi diri sendiri dengan berlari sejauh 48K.
"Saya dulu pelari sendiri. Lari sendiri enak tapi lari beramai-ramai jauh lebih enak. Lari sama komunitas itu ada yang saling menyemangati. Suka muncul sesuatu yang lebih lagi dan di komunitas bisa memotivasi orang lain," kata Bintang.
Bintang mengatakan dirinya hanya bergabung di satu komunitas lari saja, yaitu LSS. Bergabungnya Bintang ke LSS karena "ulah" Okta yang suka merayu Bintang agar mau bergabung. "Okta ini paling enggak bisa melihat orang yang bisa lari melakukan itu sendiri. Dia merayu saya di Facebook, akhirnya gabung. Di sini suasananya begitu hangat. Kamu mau jago, mau pemula, tidak jadi masalah. Mereka menerima itu dengan tangan terbuka. Kehangatan seperti itu yang membuat saya betah," kata Bintang.
Sementara Danny Siwu yang akrab dipanggil DS oleh anggota LSS memulai lari karena penyakit GERD yang ia derita sejak lama. Karena penyakit GERD itu Danny harus mengonsumsi banyak obat dan keluar masuk rumah sakit sebanyak tiga kali pada 2013. Selain itu, setiap makan dengan porsi yang sedikit sudah terasa begah. Segala macam olahraga juga telah ia lakukan tapi tak ada yang mempan.
"Kebetulan saya dapat dokter yang suka lari. Dia bilang, coba kamu lari, deh. Saya coba, malah keterusan. Karena ketika lari, otot perut bekerja. Otot terus dibuat stabil yang membuat saya tidak begah lagi," kata Danny.
Danny berharap dengan rutin berlari di komunitas Lelarian Sana Sini membuatnya dapat melihat anak-anaknya tumbuh dan berkembang menjadi orang yang sukses. Sekaligus investasi untuk kesehatan jantung di umur yang tak lagi muda.
"Gabung di komunitas LSS banyak bonusnya. Tak cuma diri sendiri yang sehat tapi teman-teman juga sehat," kata Danny.