Liputan6.com, Jakarta Wanita hamil tak boleh sembarangan melakukan perawatan dan konsumsi obat, termasuk dalam mengatasi jerawat karena berhubungan dengan kesehatan janin. Alhasil, banyak wanita hamil pasrah dengan kondisi kulitnya yang berjerawat.
Padahal menurut para ahli, beberapa hal bisa dilakukan. Setidaknya untuk mencegah scar atau bopeng bekas jerawat.
Advertisement
Seperti dilansir Mayoclinic, Sabtu (23/9/2016), kemungkinan penyebab jerawat saat hamil adalah kelebihan produksi minyak (sebum) akibat meningkatnya hormon.
Berikut yang bisa dilakukan:
- Cuci wajah dengan pembersih yang lembut. Dua kali sehari, gunakan tangan Anda untuk mencuci muka dengan sabun lembut dan air hangat.
- Hindari produk tertentu, seperti scrub wajah, astringents dan masker karena mereka cenderung mengiritasi kulit yang dapat memperburuk jerawat. Hindari juga menggosok wajah secara berlebihan untuk mencegah iritasi kulit.
- Keramas teratur. Jika Anda memiliki banyak jerawat, setidaknya keramas setiap hari. Karena kebersihan kulit kepala juga mempengaruhi jerawat di wajah.
- Jangan memencet jerawat. Melakukan hal itu dapat menyebabkan infeksi atau jaringan parut.
- Jangan menggunakan kosmetik sembarangan. termasuk tabir surya, produk penata rambut atau concealer jerawat. Gunakan produk berlabel berbasis air (water) atau noncomedogenic.
- Hindari memegang wajah dengan tangan. Juga, hindari penggunaan bahan pakaian atau hijab--bila Anda menggunakannya--yang menyerap keringat.
Umumnya, perawatan kulit yang mengandung eritromisin (Erygel) dan clindamycin (Cleocin T, Clindagel, dan sebagainya) dianggap aman. Namun penggunaan benzoyl peroxide untuk mengobati jerawat selama hamil belum ada kepastian aman. Perawatan ini sebaiknya hanya digunakan jika jelas dibutuhkan atau atas dasar resep dokter.
Obat jerawat yang diketahui menyebabkan cacat lahir, termasuk isotretinoin oral (Amnesteem, Claravis) dan retinoid topikal. Ini harus dihindari selama kehamilan.
Jika Anda khawatir tentang jerawat selama hamil, konsultasikan masalah Anda dengan dokter kulit atau penyedia layanan kesehatan Anda.