Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebuah klub profesional, pemasukan dari segi tiket memang cukup signifikan. Kebocoran jumlah tiket, sampai maraknya calo, membuat para klub-klub di Tanah Air berinisiatif memunculkan inovasi. Modernisasi perlahan mulai ditampilkan oleh klub profesional Tanah Air.
Baca Juga
Advertisement
Seiring waktu berjalan, sepak bola memang sangat tumbuh begitu pesat, pun demikian di Indonesia. Gairah serta fanatisme yang tinggi, tentu membuat masyarakat rela membagi waktunya untuk menyaksikan sebuah pertandingan langsung ke Stadion.
Saat ini, jarang terlihat setiap stadion di Tanah Air, terutama pada pertandingan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo sepi penonton. Animo masyarakat Indonesia memang tinggi akan sepak bola.
Hal ini bak pisau bermata dua bagi klub-klub. Satu sisi menguntungkan, lainnya malah membuka peluang bagi para calo untuk bermain di setiap pertandingan. Belum lagi, tak jarang ada oknum petugas yang turut terlibat.
Untuk itu, para klub di Tanah Air, mencoba melakukan inovasi soal penjualan tiket. Pusamania Borneo FC, Arema Cronus, sampai Persija Jakarta, sudah mulai berani menunjukkan hal baru di sepak bola Tanah Air.
Piala Presiden
Ya, pada Piala Presiden lalu, anak asuh Dragan Dukanovic ini menjadi yang pertama menerapkan sistem tiket barcode.
Sebenarnya, sistem ini tak asing di klub-klub Eropa. Hal itulah yang dibawa oleh PBFC. Tiket yang menggunakan barcode ini bisa dibilang menekan berbagai angka kecurangan.
Bahkan, mereka jadi satu-satunya klub di Indonesia yang menggunakan gerbang pintu putar ketika akan memasuki stadion. Hal ini memang biasa digunakan pada sistem ticketing transportasi dan sebagainya.
Tak kalah menarik juga dilakukan oleh Arema Cronus. Malahan, Singo Edan berlakukan tiket menggunakan gelang. Selain bentuknya yang unik, tiket gelang Arema bisa-bisa berujung sanksi moril bagi Aremania yang tidak memakainya.
(I.Eka Setiawan)
Advertisement