Kisah Nenek di Bogor Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot

Tiga menantu dari tiga anaknya tidak mau menampungnya. Mak Erom akhirnya lebih memilih tinggal sendiri di gubuk reyotnya.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 26 Sep 2016, 10:58 WIB
Kondisi Mak Erom, nenek 97 tahun yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot di Kabupaten Bogor (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bogor - Pada usia senja seharusnya seseorang bisa menikmati kehidupan yang nyaman bersama anak cucu. Namun tidak begitu dengan kehidupan Nenek Erom yang kini berusia 97 tahun.

Di usianya yang hampir menginjak satu abad ini, Nenek Erom justru hidup dengan kondisi memprihatinkan.

Warga Kampung Padurenan RT 01/04, Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, ini sudah bertahun-tahun hidup sebatang kara di gubuk bambu reyot.

Wanita renta itu tinggal di gubuk berukuran 3x6 meter yang terbuat dari anyaman bambu, serta ditopang kayu yang sudah keropos.

Kondisi Mak Erom, nenek 97 tahun yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot di Kabupaten Bogor (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Ada sebuah ranjang dari bambu lengkap dengan kasur busa dan sebuah bantal. Di samping kanan ranjang, ada dua tungku dan setumpuk kayu bakar. Jaring laba-laba memenuhi setiap sudut ruangan dan langit kamar.

Di gubuk berlantai tanah itu, nenek yang akrab disapa Mak Erom ini sendirian sejak suaminya meninggal 12 tahun silam.

Untuk makan sehari-hari, Mak Erom mengandalkan uluran tangan dari tetangga. Sesekali bantuan datang dari sang anak yang kondisi ekonominya juga serba-kekurangan. Ugan, anaknya yang ketiga dan tinggal tidak jauh dari gubuknya itu, hanya kerja serabutan.

"Alhamdulillah, tiap hari suka ada yang ngasih uang atau nasi sama lauk," ujar Mak Erom, Senin (26/9/2016).

Dia sebenarnya memiliki tiga anak laki-laki dan sudah berkeluarga, tapi ketiga menantunya tidak mau menampung Mak Erom untuk tinggal bersama mereka.

Kondisi Mak Erom, nenek 97 tahun yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot di Kabupaten Bogor (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

"Enggak tahu kenapa. Tapi biar saya tinggal di sini saja," ucap dia.

Di penghujung usianya, tidak banyak harapan yang disampaikan wanita renta itu. Dia hanya ingin merasakan tidur di kasur empuk, dengan rumah yang tidak bocor saat hujan, bebas debu dan tidak sumpek. 

Ketua RT setempat, Majha, mengungkapkan pihaknya telah mengusulkan kepada pemerintah daerah agar rumah Mak Erom mendapat bantuan program rumah tidak layak huni. Namun ditolak dengan alasan berada di atas lahan milik orang lain.

"Dia tinggal di tanah milik orang Jakarta," ujar Majha.

Gubuknya itu juga belakangan sering dikunjungi tamu, mulai dari tetangga, donatur dan perangkat pemerintah desa.

"Katanya sih sama pemilik tanah rumahnya mau diperbaiki," kata Majha.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya