Liputan6.com, Durham - Para peneliti menengarai bahwa melakukan seks dapat menjadi inspirasi spiritualitas, bahkan kepercayaan kepada Tuhan.
Menurut penelitian tersebut, seks mencetuskan 'hormon cinta' --yaitu oksitosin -- yang bukan hanya memperkuat ikatan sosial dan kemurahan hati, tapi juga keimanan. Hal itu terutama pada kaum pria.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Daily Mail pada Senin (26/9/2016), para peneliti di Duke University, North Carolina, mengatakan bahwa seks dapat menjadi inspirasi rasa percaya ataupun meningkatkan kepercayaan kepada Tuhan dan agama.
Penelitian itu diterbitkan pekan ini dan mengamati oksitosin, yaitu suatu hormon yang seringkali mendapat stimulasi ketika melakukan seks, melahirkan, dan menyusui.
Oksitosin juga ada dalam bentuk obat dan seringkali digunakan untuk membantu wanita dalam proses melahirkan.
Tapi, dalam penelitian tersebut, kaum pria lah yang melaporkan peningkatan rasa spiritualitas sesaat setelah menenggak oksitosin dan perasaan itu berlanjut hingga seminggu sesudahnya.
Menurut Duke Today, laman berita resmi universitas tersebut, pimpinan penulisan riset yang bernama Patty van Cappellen mengatakan, "Baik spiritualitas maupun meditasi telah dikaitkan dengan kesehatan dan kebugaran dalam penelitian sebelumnya."
"Kami tertarik untuk mengerti faktor-faktor biologis yang dapat meningkatkan pengalaman-pengalaman spiritual tersebut."
"Oksitosin sepertinya menjadi bagian cara tubuh kita mendukung kepercayaan spiritual."
Untuk menguji reaksi kimia dengan pengalaman religius itu, beberapa pria diberikan hormon tersebut sedangkan beberapa pria lainnya hanya mendapat plasebo.
Kaum pria yang mendapatkan 'hormon cinta' itu lebih berkemungkinan mengakui bahwa spiritualitas merupakan bagian penting dalam hidup mereka.
Sebelumnya, tidak semua yang menjawab demikian mengatakan iman sebagai bagian penting dalam kehidupan mereka.
Mereka juga menyatakan rasa kemanunggalan bersama dengan orang lain dan mahluk-mahluk hidup.
Oksitosin diduga memicu emosi-emosi yang lebih positif, seperti kekaguman, rasa syukur, harapan, inspirasi, cinta, dan ketenangan.
Tapi, hormon itu tidak berdampak secara merata kepada semua orang. Mereka yang memiliki gen tertentu --dikenal sebagai CD38 yang mengatur peredaran hormon itu dalam otak -- memberikan tanggapan yang jauh lebih kuat.
Menurut penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience, kaum wanita menghasilkan lebih banyak oksitosin daripada kaum pria, tapi Duke University belum meneliti dampak hormon itu pada rasa kaum wanita.
Dr. Van Capellen, yang sekaligus adalah ahli psikologi sosial di American University, menjelaskan perlunya penelitian tambahan pada wanita karena zat kimia itu bekerja secara berbeda pada gender yang berbeda pula.
Katanya, "Dampak oksitosin pada kaum wanita masih perlu diteliti."
Ia menambahkan, "Spiritualitas itu kompleks dan terpengaruh oleh banyak faktor. Namun demikian, oksitosin terlihat mempengaruhi bagaimana orang memandang dunia dan apa yang orang percayai."