Liputan6.com, Bandung - PON Jawa Barat 2016 tinggal menghitung hari. Hingga kini, tuan rumah terus memimpin puncak klasemen perolehan medali. DKI Jakarta dan Jawa Timur hanya memiliki peluang untuk perebutan status runner-up.
Sayang, sejak awal dihelat, berbagai macam masalah harus dihadapi Jabar dan PB PON sebagai penyelenggara. Mulai dari protes, kericuhan, hingga kekerasan yang juga melibatkan atlet.
Baca Juga
Advertisement
Hal itu membuat Taufik Hidayat, mantan pebulu tangkis Indonesia yang kini menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Olahraga Kemenpora, angkat bicara. Ia menilai PON Jabar 2016 hanya mengutamakan kepentingan daerah.
Tak hanya itu, ia juga mendukung ide Menpora yang akan menyelenggarakan PON dengan fokus mempertandingkan cabang-cabang Olimpiade saja dan pembatasan usia. Rencananya, akan ada regulasi resmi mengenai hal tersebut pada PON Papua 2020.
"Ya, kita harus fokus mempertandingkan cabang Olimpiade dan usia atlet yang tampil juga harus dibatasi di PON 2020. Kalau pun ada penambahan cabang, harus disesuaikan dengan cabang yang dipertandingkan di SEA Games. Kebijakan ini harus dilakukan sekarang, kalau tidak kapan lagi?" ujar Taufik kepada wartawan.
Agar hal itu terealisasi, Taufik mendesak agar segera dibuat Peraturan Pemerintah (Permen) atau Keputusan Presiden (Keppres). Hal itu harus dilakukan agar saat terjadi pergantian pemerintahan, regulasi itu tetap berlaku.
Jumlah Medali Terus Bertambah
Faktanya, jumlah cabang dan medali yang diperebutkan di PON terus meningkat. Pada PON Riau 2012, dipertandingkan 43 cabang dengan total 600 medali emas. Di PON Jabar 2016, dipertandingkan 44 cabang dengan total 750 medali emas yang diperebutkan.
"Banyaknya jumlah itu akan memberatkan tuan rumah PON dalam menyiapkan anggaran untuk pembangunan venue-venue dan pelaksanaan. Begitu juga dengan banyaknya medali akan menambah beban Pemerintah Provinsi (Pemprov) menyediakan bonus bagi atlet berprestasi," kata Taufik.
Soal pembatasan usia atlet, Taufik mengatakan hal itu bertujuan agar proses regenerasi bisa berjalan dengan baik. Lalu, atlet senior juga bisa fokus mempersiapkan diri untuk menghadapi ajang yang lebih bergengsi.
Taufik sendiri tercatat hanya sekali ikut berpartisipasi dalam ajang PON, yakni pada PON Sumsel 2004. Hal itu dilakukan Taufik demi memberikan kesempatan kepada atlet-atlet muda.
"Saya menolak tampil di PON Kalimantan Timur 2008 karena alasan tersebut. Bonus itu tak perlu dikejar. Ia akan datang sendiri jika sang atlet berprestasi," Taufik menegaskan.
Advertisement