Liputan6.com, New York - Debat perdana antara dua calon Presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Donald Trump, baru saja berakhir.
Dalam duel yang berlangsung Hofstra University, New York itu, terlihat kedua capres saling menyerang dan mempertahankan pendapat.
Sesekali Trump dan Hillary terlihat "terpojok" karena serangan rival masing-masing. Walaupun begitu banyak yang berpendapat bahwa Hillary lebih "siap" dibandingkan dengan Trump.
Baca Juga
Advertisement
Setelah 90 menit, pertandingan sengit antara capres Republik dan Demokrat itu pun berakhir. Para pendukung masing-masing kubu kini menanti siapa yang memenangi pertarungan pertama tersebut.
Seperti dikutip dari CNN, Selasa (27/9/2016), dari hasil jajak pendapat CNN/ORC yang dilakukan pasca-debat menunjukkan, 62 persen responden mengatakan, Hillary lebih unggul dalam debat. Sementara Trump hanya mendapatkan 27 persen suara.
Seperti dikutip dari Vox, menurut jajak pendapat yang dilakukan Public Policy Polling, 51 responden memilih Clinton sebagai pemenang, sementara 40 persen berpikir pemenangnya adalah Trump.
Sementara, fokus grup yang terdiri atas 20 calon pemilih yang yang belum menjatuhkan pilihan, disurvei CNN, 18 di antaranya memilih Clinton.
Clinton juga unggul dalam fokus grup di Pennsylvania yang digelar Partai Republik.
Debat Capres AS yang berlangsung satu setengah jam itu terdiri atas tiga segmen dan dipandu oleh pembawa berita NBC News, Lester Holt.
Lester melempar pertanyaan pertama soal bagaimana cara kedua capres menciptakan lapangan kerja baru.
Pertanyaan pertama ditujukan kepada Hillary. Eks Menlu AS tersebut pun melahap pertanyaan dari Lester secara meyakinkan.
"Lapangan kerja baru akan tercipta jika kita mendorong lebih banyak lagi usaha kecil dan menengah," sebut Hillary.
Sementara Trump punya jawaban yang sama sekali berbeda dengan lawannya itu.
"Kami akan menghentikan perusahaan Amerika Serikat angkat kaki dari negara ini," kata dia, menuding China dan Meksiko mencuri lapangan kerja dari AS.
Dalam segmen kedua yang membahas tentang "Arah Amerika", Lester mengajukan pertanyaan mengenai penembakan terhadap orang keturunan kulit hitam oleh polisi yang terjadi di Amerika Serikat.
Hillary diberi kesempatan pertama untuk menjawab. Ia menyebut bahwa ras menentukan banyak hal, seperti di mana mereka tinggal dan bagaimana mereka diperlakukan dalam sistem peradilan pidana.
Sementara itu Donald Trump mengatakan bahwa Amerika membutuhkan hukum dan ketertiban. Ia juga sempat menyebut soal stop and frisk--program menghentikan pengendara dan melakukan penggeledahan--dan menyebutnya sebagai sesuatu yang efektif dilakukan di New York.