Liputan6.com, New York - Debat perdana antara Donald Trump dan Hillary Clinton adalah hal yang paling ditunggu-tunggu
Calon Presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Donald Trump, telah melakukan debat perdananya yang digelar di Hofstra Univeristy, Hempstead, New York, pada Senin, 26 September waktu setempat.
Advertisement
Debat capres AS yang berlangsung satu setengah jam itu terdiri atas tiga segmen dan dipandu oleh pembawa berita NBC News, Lester Holt.
Selama debat berlangsung, masing-masing capres mengeluarkan argumennya dalam tiga segmen itu. Menurut PolitiFact, seperti dikutip Liputan6.com pada Selasa (27/9/2016), debat perdana ini membahas ekonomi, keamanan nasional serta catatan keduanya.
Berikut klaim baik dari Hillary dan Trump dan fakta di baliknya.
Trup: Mereka menggunakan uang kita untuk membangun China.
Awal tahun ini, Trump mengklaim "kita telah membangun China." Ini adalah deskripsi sederhana tentang hubungan ekonomi antara dua negara.
Para ahli mengatakan kecepatan ekonomi China lebih karena negara itu bereformasi dan memutuskan untuk bergabung dalam perdagangan global. AS bisa jadi berkontribusi atas kesuksesannya, tapi tentu tidak seluruhnya. Oleh sebab itu, klaim tersebut dianggap setengah benar.
Hillary: Rencana Trump adalah memotong pajak untuk orang kaya.
Hal itu akurat untuk rencana lama Trump. Para orang tajir AS yang berjumlah 0,1 persen (mereka yang menghasilkan uang US$3,6 juta per ahun) jika Trump jadi presiden mereka akan menerima potongan 18 persen. Sementara sisa orang kaya lainnya yang berjumlah 60 persen akan menikmati potongan 16.4 persen.
Hillary: Trump memulai bisnisnya dengan modal US$ 14 juta, meminjam dari ayahnya.
Ada kemungkinan Hillary merujuk dari laporan Wall Street Journal pada 1985 tentang penutupan izin kasino. Itu berarti Trump berutang kepada si ayahnya.
"Ayah saya hanya memberi pinjaman kecil pada tahun 1975. Dan saya membangun perusahaan yang bernilai jutaan dolar dan kini memiliki aset terbesar sedunia," kata Trump.
Namun, karena Trump belum membuka pajaknya, sulit dibuktikan kebenaran itu.
Kendati demikian, menurut catatan Washington Post, jika Trump mengatakan "pinjaman kecil", itu berarti merujuk angka US$ 1 juta yang diberikan Fred Trump untuk membiayai hotel Grand Hyatt-nya pada 1978 (Saat itu, Donald Trump sudah menjadi presiden di perusahaan-perusahaan ayahnya).
Namum Fred Trump telah memberikan banyak pinjaman kepada anak laki-lakinya itu hingga kematiannya pada 1999, termasuk US$ 70 juta untuk konstruksi Grand Hyatt dan US$ 3,5 juta untuk kasino--yang kemudian bangkrut.
Hillary: Donald Trump menjadi salah satu orang di balik krisis rumah di AS.
PolitiFact memberi rating bahwa klaim Hillary itu sebagian besar benar. Kembali ke tahun 2006, kala krisis mulai, Trump sesumbar berharap benar sehingga ia bisa mengambil untung.
Trump: Saya tidak bilang perubahaan iklim itu hoax.
Dua tahun lalu, Trump menulis di Twitternya bahwa empat tahun lalu ia pernah berkomentar bahwa climate change itu hoax. Belakangan ia mengaku hanya bercanda.
Kulit Hitam AS dan ISIS
Adapun argumentasi Hillary lainnya yang dianggap sesuai fakta adalah tentang bangkrutnya bisnis Trump selama enam kali, epidemi senjata api di AS di mana pemuda keturunan Afrika lebih banyak yang tewas oleh senjata api dibanding pemuda kulit putih.
Meski begitu, Trump menyindir Hillary, dengan mengatakan justru Bill Clinton-lah pencipta teror terhadap kulit hitam.
Sebagian besar itu benar. Kala mendukung sang suami tentang Undang-Undang Kriminalitas pada 1994, Hillary menggunakan kata "superpredator" untuk merujuk pada geng anak-anak. Meski begitu, Hillary tidak secara langsung menyebut anak-anak keturunan kulit hitam.
"Donald Trump pernah diperkarakan saat ia menolak menyewakan apartemennya kepada warga kulit hitam," kilah Hillary.
Hal itu benar. Tahun 1973 pemerintah menuduh Trump dan keluarganya serta perusahaan melanggar UU Penyewaan Rumah. Namun, Trump mengatakan ia memenuhi tuntutan itu dan tak ada tuduhan bersalah.
"Hal itu juga benar, Trump memenuhi tuntutan pemerintah dan melatih para pekerjanya untuk sensitif terhadap isu rasial. Trump tak pernah merasa bersalah atas kasus itu," tulis PolitiFact.
ISIS
Sementara itu, khusus ISIS di mana Trump menyalahkan kebijakan Obama dan Hillary.
"Seharusnya, kita ambil minyak kala Irak, Suriah dan Libya akhirnya jatuh. Sekarang minyak dikuasai ISIS," kata Trump.
Hillary mengklaim bahwa keinginan Trump menguasai minyak karena ia dekat dengan diktator Moammar Khadafi.
Pun dengan Irak, Trump klaim ia tak pernah mendukung dengan Perang Irak.
Namun, catatan menunjukkan pada 2002 ia setuju AS berperang di Teluk.
Advertisement