Sampang Banjir, 8 Desa Tenggelam

Banjir Sampang ini sudah terjadi keempat kalinya.

oleh Dian Kurniawan Dhimas Prasaja diperbarui 27 Sep 2016, 22:15 WIB
Banjir rendam delapan desa di Sampang, Madura (Liputan6.com / Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Sampang - Banjir di Kota Sampang, Madura belum kunjung surut memasuki hari ketiga ini masih direndam banjir dengan ketinggian air antara 60 cm hingga 50 meter. Pantauan Liputan6.com, Selasa (27/9/2016), rumah dan jalanan protokol terendam banjir.

Banjir yang melanda Kota Sampang, Madura sendiri itu juga merendam sedikitnya 8 Desa/Kelurahan meliputi Desa Kamoning, Panggung, Gunung Maddah, Pasean, Tanggumung.

"Banjir ini sudah hari ketiga mas, sejak hari Sabtu karena hujan satu minggu lalu juga sungai Kemuning airnya meluap," kata seorang warga, Putra Sumba, kepada Liputan6.com, Selasa(27/9/2016).

Banjir juga menggenangi sejumlah daerah Sampah seperti di Kelurahan Delpenang, Rongtengah dan Kelurahan Gunung Sekar, Sampang, Madura.

Dari catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sampang, banjir sebelumnya pada Februari 2016. Saat itu Kota Sampang dilanda banjir dua kali. Banjir kembali terjadi pada Juli 2016.

Korban Tewas

Sejauh ini ada dua korban tewas akibat banjir Sampang. Korban yang pertama kali ditemukan tewas adalah Hosiyeh (46) warga Desa Gunung Kesan, Kecamatan Karangpenang. Selanjutnya, korban terbaru yang ditemukan tewas adalah Bela, yang masih berusia 5 tahun.

Bocah yang tinggal di Desa Blu’uran, Kecamatan Karangpenang ini ditemukan tewas mengambang di aliran sungai desa setempat. Jenazah korban telah dikebumikan oleh keluarga duka.

Dandim 0828 Sampang, Letkol Inf Indrama Bodi, melalui Kasi Intel Lettu Inf M Nizen menuturkan bahwa berdasarkan informasi dari masyarakat, korban berangkat ke Madrasah atau Sekolah Dasar dengan diantar ayahnya, Miswadi pada Senin 26 September 2016, pukul 12.00 WIB. Kemudian ayah korban pulang usai anaknya sampai di Madrasah.

"Selanjutnya korban mengikuti kegiatan belajar mengajar bersama murid yang lain. Saat jam pulang tiba, hujan mengguyur kawasan tersebut. Saat itu korban berpamitan mau pulang pada gurunya, Mat Hesi," tutur Nizen saat dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa (27/9/2016).

Nizen menambahkan bahwa sang guru melarang korban untuk pulang karena kondisi masih hujan. Lalu gurunya pergi ke kamar mandi. Setelah kembali ke ruang kelas, korban sudah tidak ada di kelas.

"Kemungkinan korban memaksa pulang, meski dilarang oleh gurunya. Khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, guru bersama warga setempat mencari korban," kata Nizen.

Nizen menyatakan bahwa sang guru dan juga warga setempat menemukan korban, melainkan hanya mendapati pakaian dan tas korban di pinggir sungai. Kemudian warga bersama aparat desa mencari korban dengan menyusuri sungai.

‪"Korban baru ditemukan dalam kondisi meninggal di sungai pada pukul 20.30 WIB tadi malam. Sekarang jenazahnya sudah dikebumikan," ujar Nizen.

Namun ada penjelasan lain soal korban tewas. "Tewasnya warga itu diakibatkan kejadian di masing-masing rumahnya sendiri bukan diakibatkan terseret arus banjir," kata Wisnu Hartono Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sampang kepada Liputan6.com, Selasa, 27 September 2016.

Menurut keterangan Kasat Reskrim Polres Sampang AKP Hari Siswo, penyebab tewasnya dua korban adalah murni kecelakaan.

"Korban yang ditemukan tersebut memang dalam posisi terselungkup di akar-akar pohon sungai dan sama sekali tidak ada tanda penganiayaan setelah kami identifikasi," kata AKP Hari Siswo Kasat Reskrim Polres Sampang dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa (27/9/2016).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya