Djarot: Idealnya Ketua Timses dari Partai Suara Terbanyak

Jabatan ketua tim pemenangan Ahok-Djarot akan dibahas oleh empat partai pendukung.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 28 Sep 2016, 17:02 WIB
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat melakukan salam komando bersama jajaran KPUD DKI Jakarta usai mendaftarkan diri untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. (Liputan6.com/ Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Bakal calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat membeberkan alasan penggantian Nusron Wahid sebagai Ketua tim pemenanganAhok-Djarot.

Menurut Djarot, lengsernya Nusron disebabkan karena politikus Partai Golkar itu berstatus sebagai pejabat negara. Setelah tak lagi menjabat anggota DPR RI, Nusron Wahid ditunjuk oleh Presiden Jokowi menjadi Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

"Pak Nusron itu pejabat negara, beliau tetap bantu (tim pemenangan) tapi tidak sebagai ketua," ujar Djarot di Balai Kota Jakarta, Rabu (28/9/2016).

Menurut Djarot, ketua tim pemenangan akan dirapatkan oleh empat parpol pendukung Ahok, yakni PDIP, Nasdem, Hanura, dan Golkar. "Nanti kita ketemu, kita bicarakan," ucap mantan Wali Kota Blitar itu.

Meski demikian, Djarot mengatakan, berdasarkan pengalamannya sebagai politikus, ketua tim pemenangan idealnya berasal dari partai dengan suara terbanyak di suatu koalisi. Diketahui PDIP mengantongi 28 kursi di DPRD yang berarti suara terbanyak di antara parpol lain pendukung Ahok-Djarot.

"Ya idealnya ketua tim paslon (pasangan calon) dari partai dengan suara terbanyak. Misal ketua dari PDIP. Kemudian ketua 1 bisa dari Hanura, Golkar, Nasdem, pokoknya gabung. Orang tujuannya apa toh? Kan memenangkan Ahok-Djarot," kata Djarot.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya