Liputan6.com, Jakarta Anda pasti pernah menemukan beberapa orang yang tidak bahagia, walaupun pekerjaan mereka menghasilkan lebih banyak uang. Atau orang itu adalah Anda sendiri?
Dilansir dari lifehack.org, Kamis (29/9/2016), ada sebuah korelasi positif antara kenaikan pendapatan dengan kebahagiaan seseorang.
Baca Juga
Advertisement
Dalam sebuah makalah berjudul Happiness-Income Paradox Revisited karya Richard Easterlin, profesor ekonomi dan pemimpin studi di bidang kebahagiaan menganalisis hubungan antara besarnya pendapatan dan kebahagiaan di 37 negara selama 22 tahun.
"Secara sederhana, memang ada hubungan positif antara besarnya pendapatan dengan kebahagiaan seseorang. Namun seiring waktu, kebahagiaan tersebut tidak meningkat ketika besarnya pendapatan meningkat," papar Richard.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Richard menjelaskan lebih lanjut bahwa fokus seseorang lebih kepada kesehatan dan kehidupan keluarga, bukan materi.
Intinya, uang tidak dapat membeli kebahagiaan. Tentu saja, Anda membutuhkan uang untuk bertahan hidup, membayar tagihan, menikmati beberapa hal. Namun, akhirnya kepuasan kerja dan kebahagiaan tidak bergantung pada besarnya uang yang dimiliki. Ada beberapa faktor lain yang perlu Anda pertimbangkan.
Ada sebuah artikel di New York Times dari Robert H. Frank, profesor ekonomi, sekaligus kontributor yang menyatakan bahwa faktor lain di sini adalah kondisi bekerja, otonomi kerja, kesempatan belajar, dan keselamatan kerja. Selain itu, kepuasan bekerja seseorang juga bergantung pada misi dan nilai perusahaan tempat mereka bekerja.
Pada akhirnya, kepuasan bekerja juga bisa diukur dari seseorang yang melakukan pekerjaan dari hal yang dicintainya. Masuk akal ketika Anda bekerja pada apa yang dicintai, walaupun dengan gaji yang tidak tinggi, Anda akan tetap merasa bahagia.