Pengungsi Suriah Ini 'Selamatkan' Hari Pernikahan Wanita Kanada

Pria asal Suriah yang mencegah terjadinya 'mimpi buruk' pernikahan tak bisa berbahasa Inggris dan baru saja tiba di Kanada.

oleh Citra Dewi diperbarui 30 Sep 2016, 10:46 WIB
Ibrahim saat membetulkan gaun pengantin yang dikenakan Jo (Lindsay Coulter)

Liputan6.com, Toronto - Sebuah acara pernikahan bisa menjadi "mimpi buruk" hanya karena rusaknya benda kecil. Hal itu nyaris dialami oleh Jo Du, saat salah satu pengiring pengantinnya merusakkan ritsleting gaun pengantinnya.

"Mimpi buruk" itu bisa dicegah oleh tetangga Jo, yakni seorang pria asal Suriah yang baru saja tiba di Kanada. Meski tak bisa berbahasa Inggris, pria yang berprofesi sebagai penjahit itu tak segan menolong Jo.

"Aku sangat bersemangat dan senang," ujar Ibrahim kepada CTV News lewat seorang penerjemah. "Aku senang menolong orang-orang Kanada dari hatiku."

Ia tiba di rumah Jo dengan peralatan jahitnya, anak laki-lakinya, dan David Hobson, pria Ontario yang merenovasi ruang bawah tanahnya agar Ibrahim dan keluarganya bisa memiliki rumah baru.

"Dalam beberapa menit ia berhasil membenahi gaun Jo dan terlihat bagus seperti sebelumnya," ujar fotografer pernikahan, Lindsay Coulter, saat mengenang momen itu.

Lindsay (26) sangat tersentuh dengan apa yang dilihatnya. Ia lalu memutuskan membagi momen tersebut ke akun Facebook miliknya.

"Setiap akhir pekan aku mengabadikan momen paling bahagia, dan hari ini seorang pria yang telah melihat hal terburuk di dunia datang menawarkan bantuannya," tulis Lindsay dalam postingan-nya yang telah mendapat 22.000 likes.

Ibrahim merupakan penjahit asal Aleppo yang telah menghabiskan tiga tahun di Turki untuk menunggu suaka (Lindsay Coulter)

Sejak saat itu, ia kebanjiran e-mail dan telepon dari orang-orang yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Ibrahim, penjahit asal Aleppo yang telah menghabiskan tiga tahun di Turki untuk menunggu suaka setelah melarikan diri dari Suriah.

"Ini sangat luar biasa," kata Lindsay. "Aku pikir orang-orang Kanada ingin menawarkan bantuannya ketika mereka melihat orang lain yang membutuhkan," imbuhnya.

Ibrahim, istri, dan tiga anaknya merupakan satu di antara 50 keluarga yang disponsori untuk tinggal di Kanada oleh pengusaha Jim Estill, yang secara pribadi mengeluarkan biaya hingga satu juta dolar Kanada (Rp 9,8 miliar), sehingga mereka bisa memperoleh suaka.

Dikutip dari BBC, Jumat (30/9/2016), keluarga tersebut merupakan bagian dari 30.862 pengungsi Suriah yang telah tiba di Kanada sejak November 2015. Sebagai perbandingan, Inggris berencana menerima 20.000 pengungsi Suriah pada 2020 dan Amerika Serikat sebanyak 10.000.

Lindsay berharap bahwa kisah tersebut dapat menginspirasi negara lain untuk mengikuti jejak Kanada.

"Mimpi besarku adalah, orang lain melihat apa yang telah kita lakukan dan membuat kita menjadi negara yang lebih kuat dan warga kita lebih bersimpati," tutur Lindsay.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya