Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini otoritas Ukraina melaporkan bahwa mereka memiliki rekaman telepon rahasia yang menjadi bukti penting bagi Tim Investigasi Gabungan (JIT) terkait insiden maskapai Malaysia Airlines MH17 pada 17 Juli 2014.
Rekaman telepon itu diduga menunjukkan bukti yang memberatkan keterkaitan Rusia dalam kecelakaan nahas itu.
Laporan hasil penelitian selama dua tahun yang dirilis oleh JIT yang terdiri atas otoritas hukum Australia, Belanda, Ukraina, dan Malaysia tersebut terungkap pada 28 September 2016.
Di antara bukti yang terdapat dalam laporan tersebut adalah sebuah kontainer yang dipenuhi bukti fisik terkait lokasi penembakan rudal BUK dan rekaman percakapan terkait rute perjalanan rudal menuju lokasi penembakan.
Baca Juga
Advertisement
Sejumlah bukti tersebut hanyalah sedikit dari sekian benda yang diklaim oleh tim investigasi dalam memperkuat dugaan keterlibatan Rusia.
Penelitian untuk mendapatkan barang bukti itu pun dilakukan dalam waktu 2 tahun belakangan. Sejak pesawat nahas itu tiba-tiba menghilang dari radar pada 17 Juli 2014, pencarian tak henti-hentinya dilakukan.
Pada awalnya MH17 dilaporkan jatuh di bagian timur Ukraina, ketika menempuh perjalanan dari Belanda menuju Kuala Lumpur. Kecelakaan itu menyebabkan seluruh penumpang yang berjumlah 298 orang tewas, dengan rincian 193 di antaranya merupakan warga negara Belanda, 43 warga Malaysia, dan 12 warga Indonesia.
Namun belakangan, muncul kecurigaan bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh oleh rudal BUK milik Rusia. Akibatnya, melalui sebuah firma hukum Australia, LHD Lawyers mewakili 33 keluarga korban MH17 asal Australia, Selandia Baru, dan Malaysia, mengajukan klaim kompensasi kepada Rusia dan Presiden Vladimir Putin.
Klaim tersebut kemudian didaftarkan pada Pengadilan HAM Eropa. Namun pihak Rusia sendiri belum mengatakan apa pun terkait gugatan tersebut. Pihak itu malah menyalahkan Ukraina atas insiden nahas yang merenggut nyawa ratusan orang itu.
Dua bulan setelah gugatan tersebut diajukan, Malaysia Airlines akhirnya menyepakati untuk menyelesaikan klaim kompensasi kepada keluarga korban pesawat MH17.
"Sebagian keluarga telah menyetujui mendapatkan kompensasi. Sementara ini pembicaraan masih berlangsung untuk sisa kerabat korban," ucap pengacara Amsterdam berbasis Veeru Mewa, mewakili 165 keluarga korban Belanda.
Sementara itu, pada 17 Juli 2016, upacara peringatan digelar untuk mengenang para korban kecelakaan MH17 di dekat Schiphol, Belanda. Selain berkumpul di tempat itu, sekitar 60 orang juga dilaporkan mengunjungi lokasi kecelakaan di desa Petropavlivka.
Mereka membawa bunga dan menyalakan lilin di alun-alun yang merupakan lokasi ditemukannya beberapa potong tubuh dan barang korban.
"Mengenang mereka yang tewas merupakan sebuah pengingat bagi kita bahwa perdamaian sangat berharga dalam kehidupan," kata Kepala Organisation for Security and Coorporation in Europe (OSCE), Ertugrul Apakan, kala itu.
Saat-Saat Terakhir
Kala itu, dua tahun yang lalu, seorang petugas check-in Bandara Amsterdam, Belanda, melakukan tugasnya seperti biasa. Ia memeriksa dokumen dan tiket keberangkatan para calon penumpang Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17.
Renuka Manisha Virangna Birbal, nama petugas tersebut, tidak menyangka bahwa hari itu dia akan mengalami kisah memilukan antara dia dan beberapa calon penumpang pesawat nahas tersebut.
kisah tersebut akhirnya dibagikan oleh Viragna dua tahun yang lalu, tepatnya beberapa hari setelah MH17 ditembak jatuh oleh Rudal BUK yang diduga milik Rusia.
Dalam kisah pengalamannya yang diunggah pada laman Facebook itu, dia menggambarkan perbincangan dan interaksi terakhirnya dengan para penumpang serta kru pesawat.
Berikut terjemahan bebas kesaksiannya yang ditulis dalam bahasa Belanda, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Rabu, 23 Juli 2014.
Seulas senyum, salam hangat, dan wajah gembira...
Di meja transfer, aku bertemu dua penggila bola, satu check in, satu lagi tidak.
"Bisakah kau memproses check in ku, Cinta?"
Mereka tak tercatat duduk berdampingan di kelas bisnis.
"Anda ingin duduk bersama, Tuan?"
"Aku sangsi, aku ingin istirahat selama beberapa jam," canda yang lainnya."Cheers"
Kemudian, ada keluarga bahagia, yang terdiri dari 6 orang, membawa 10 tas.
"Setelah sekian lama, akhirnya kami bisa pulang."
Seorang anak tersenyum dan melambai ke arahku. Satu awak pesawat berjalan ke arahku, melambaikan tangan, dan memberikan kode.
Ada seorang pria yang akan memulai hidup baru di Malaysia.
Sebuah keluarga diantar kakek dan nenek mereka, itu liburan pertama anak-anak ke tempat jauh.
Sang nenek mengambil foto anak-anak itu, cucunya memeriksa hasil jepretannya.
Kali itu aku tak keberatan sosokku ada dalam gambar.
Tiba di gate G03 seorang pria bertanya, apakah masih ada waktu untuk membeli sesuatu.
"Tentu saja, tapi pastikan Anda kembali ke sini pukul 11.30."
Kolegaku membantu seorang perempuan sepuh ke dalam pesawat, menuju kursinya di barisan 21, nenek itu sulit berjalan dan bepergian sendirian.
Ada pasangan yang baru menikah, sedang dalam perjalanan bulan madu mereka.
Seorang gadis cilik digandeng ibunya, sang ayah mendorong kereta bayi.
Dia sungguh cantik: setengah Belanda, setengah Malaysia dengan mata lebar yang mengagumkan. Ia tersenyum ke arahku.
Seorang pria ikut dalam penerbangan agar bisa sampai tepat waktu untuk menghadiri pemakaman ibunya.
Cucu bepergian bersama kakek dan neneknya.
Tiba-tiba aku melihat wajah yang akrab, rekan kami di konter tiket MH.
Dengan bangga ia menunjuk pada anak lelaki, istri, dan putrinya. Dengan senyum lebar ia melambai, "Sampai jumpa."
Seorang perempuan ingin ke luar gate untuk pergi ke toilet. Sayangnya, kami telah memulai proses boarding, tak ada yang boleh keluar.
"Boleh aku naik duluan ke pesawat?" tanya dia."Tentu saja,"
Sebuah perpisahan dari para kru, sampai bertemu lagi!
Lalu, kami melepas garbarata.
Penumpang bepergian dalam rangka bisnis, dalam perjalanan pulang, dalam perjalanan bertemu dengan keluarga, dalam perjalanan menuju liburan, dalam perjalanan ke sebuah awal baru ...
Keluarga, pasangan, mereka yang pergi sendiri, bayi, anak-anak, nenek, kakek, ibu, ayah, putra, putri, pasangan, paman, tante, kolega, sahabat, tetangga, kenalan.
Kali terakhir aku melihat mereka, bicara pada mereka, berharap penerbangan berlangsung menyenangkan -- pada para penumpang Penerbangan MH017 pada 17 Juli 2014.
Senyum terakhir, sapaan terakhir, wajah gembira...
+Beristirahatlah dalam damai para penumpang dan awak tersayang+
Atas nama staf penerbangan di bandara untuk Penerbangan MH017 pada Kamis 17-07-2014.
Advertisement
Firasat Kematian
"Firasat" kematian, begitu yang disebut kebanyakan orang terhadap beberapa aktivitas yang dilakukan oleh penumpang pesawat nahas Malysian Airlines MH17.
Seperti kejadian sebelum penerbangan yang sempat diabadikan dalam akun media sosial dua orang penumpang MH17 berikut.
Sesaat sebelum pesawat yang ditumpanginya bertolak dari Bndara Schiphol di Amsterdam menuju Kuala Lumpur, seorang penumpang bernama Md ALi Md Salim sempat mengabadikan saat-saat terakhirnya di kabin.
Md Ali merekam aktivitas penumpang yang berada dalam kabin. Dalam rekaman berdurasi 14 detik itu terlihat penumpang lainnya sedang menyimpan barangnya ke dalam kompartemen di atas mereka.
Pria itu langsung mengunggah video tersebut ke dalam akun Instagram-nya. Dalam rekaman itu, dia menuliskan kegelisahannya sebelum terbang menuju Kuala Lumpur, kampung halamannya.
"Bismillah... #hatiadasikitgentar (In the name of God... feeling a little bit nervous)," demikian yang ia tulis.
Atau bisa diterjemahkankan, 'Dengan menyebut nama Allah... hatiku sedikit gelisah'.
Sementara itu, seorang penumpang lainnya dari Belanda, Cor Pan, mengunggah foto pesawat yang MH17 sebelum terbang.
Bersama dengan gambar tersebut dia menuliskan kata-kata terakhirnya.
"Lihat ini penampakan pesawat jika nanti menghilang," tulis Pan dalam akun Facebook, seperti dimuat News.com.au edisi Jumat 18 Juli 2014.
Kata-kata itu dipercaya sebagai isyarat bahwa pesawat bakal celaka. Beberapa jam kemudian, setelah pesawat diketahui mengalami kecelakaan, akun Facebook Pan dibanjiri dengan ucapan duka.
Seperti yang dituliskan seorang teman bernama Eric Buijs, "Istirahat dengan tenang teman lamaku."