Perjuangan Dokter Puput `Melawan` Dukun di Pedalaman Jambi

Bukan dokter gigi lain, namun dukun saingan dokter gigi Puput saat mengabdi di Puskesmas Mendahara, Tanjung Jabung Timur, Jambi.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 02 Okt 2016, 11:00 WIB
Dokter gigi Dewi Pratiwi Putri yang akrab disapa Puput ini berjuang tingkatkan pengetahuan masyarakat Puskesmas Mendahara di Tanjung Jbaung Timur pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Liputan6.com, Jakarta Minggu-minggu pertama bekerja di Puskesmas Mendahara, jangankan 10, satu pasien memeriksakan gigi saja sudah luar biasa bagi dokter gigi Dewi Pratiwi Putri. Minimnya jumlah tenaga kesehatan, membuat sebagian besar masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi lebih mempercayakan kesehatannya kepada dukun daripada tenaga medis.

Awal ditugaskan sebagai dokter gigi Pegawai Tidak Tetap (PTT) di 2014, wanita yang akrab disapa Puput ini kaget melihat kondisi masyarakat di sana. Berada di daerah terpencil dan minimnya jumlah dokter gigi, membuat kepercayaan masyarakat pada dukun amat tinggi.

"Saya pernah lihat pasien disembur dengan air atau dielus-elus pipinya biar sembuh oleh dukun," kata Puput.

"Jika pun memang sembuh itu kebetulan saja atau bisa karena sugesti pasien sembuh," tutur Puput kepada Liputan6.com Jumat (30/9/2016).

Salah satu kejadian menarik saat ada warga yang pipinya bengkak sudah seminggu, namun dengan beragam alasan pria berumur 40-an tahun ini enggan ke puskesmas. Hal ini pun membuat wanita lulusan Universitas Sumatera Utara ini berkunjung ke rumah pasien tersebut. Kebetulan, pada saat bersamaan ada dukun yang menjampi-jampi pria ini.

"Selesai dukun jampi-jampi, saya kemudian cek kondisinya. Ternyata memang bengkak sekali, meradang begitu. Saya juga bawakan obat serta beliin obat kumur biar sembuh," cerita Puput.

Puput pun meminta pasien tersebut harus mengonsumsi obat di depannya. Ia juga mengompres pipi bengkak sang pasien.

"Saya katakan padanya jika memang mau sembuh, harus makan obat dan di kompres. Saya kompres juga pipinya. Ya, yang saya lakukan padanya seperti layaknya ke saudara sendirilah," kata Puput.

Tentu saja, cara pengobatan dokter gigi dan dukun berbeda. Bahkan bertentangan.

"Dukun ini mengatakan kepada orang tersebut bila ingin sembuh jangan kena air. Jika kena air nanti hantunya (yang membuat bengkak) marah sehingga tak kunjung reda bengkaknya. Padahal menurut saya selain mengonsumsi obat, kondisi seperti ini baiknya dikompres dengan air hangat," kata dokter Puput.

Setelah beberapa hari mengikuti saran Puput, bengkak di pipi pria ini mereda. Tak lama kemudian sembuh. Mulai muncullah kepercayaan satu pasien terhadapnya.

"Bahkan tak lama, dia mengajak istrinya datang ke saya untuk minta dibersihkan karang gigi," cerita Puput.


Tak Antidukun

Tak Antidukun

Kepercayaan masyarakat yang begitu kuat kepada dukun, tak serta merta langsung ditentang oleh Puput. Ia menyadari butuh waktu secara perlahan-lahan untuk mengubah pola pikir masyarakat di area ini.

"Saya tidak boleh menolak dukun, yang saya lakukan secara perlahan-lahan mendekati. Saya mengatakan boleh pakai dukun, tapi tetap pengobatan dari saya," kata wanita berjilbab ini.

Berbagai cara Puput lakukan agar mempercayai kemampuannya sebagai tenaga medis. Aktif dalam kegiatan masyarakat seperti pengajian, berkumpul dengan ibu-ibu, para guru juga ia rangkul.

Misalnya saat ibu-ibu berkumpul ia akan menyelipkan informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Lalu jika terjadi sesuatu alangkah baiknya dibawa ke dokter gigi.

"Pelan-pelan saya masukkan tuh, bahwa menjaga kesehatan gigi dan mulut itu perlu," katanya.

Puput pun tak mau diam duduk di Puskemas saja. Ia aktif ke enam desa yang masuk dalam cakupan Puskesmas Mendahara.

Kontur wilayah yang rawa-rawa, membuat Puput harus menggunakan speed boat atau nampak saat memberikan penyuluhan. Belum lagi harus memperhatikan kondisi pasang surut air.

"Tapi kalau saya hanya duduk manis di Puskesmas, mau kapan perubahan itu terjadi," tegas Puput.

Selain memberikan penyuluhan pada orang dewasa, Puput pun aktif memberikan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut di sekolah-sekolah. Penyuluhan yang diberikannya dengan bermain dan bernyanyi sehingga tidak seperti digurui.

"Kalau anak-anaknya sudah kita 'tangkap', mereka pun akan mengenalkan pada orangtuanya. 'Itu lho, Mak, dokter gigi di puskesmas'," katanya.


Perubahan Kecil Nampak

Perubahan Kecil Nampak

Upaya Puput dalam mengubah pola pikir dengan cara aktif berkegiatan masyarakat lalu menganggap pasien sebagai keluarga menampakkan hasil. Hal ini terlihat dari angka kunjungan masyarakat ke dokter gigi Puskesmas Mendahara.

Bila di awal ia praktek akhir 2014, hanya ada satu atau dua anak yang memeriksakan diri, di 2015 sudah ada 5-10 pasien anak-anak per harinya. Lalu, orang dewasa juga memeriksakan kesehatan pun meningkat menjadi 10 orang per hari.

"Saya senang ketika ilmu saya dihargai masyarakat, peningkatan jumlah pasien juga berarti tingkat pengetahuan mereka sudah meningkat. Ini bukan masalah uang yang didapat, melainkan kesenangan bertambahnya kepedulian mereka akan kesehatan gigi dan mulut," tutur wanita ini.

Berkat kerja kerasnya meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, Puput terpilih menjadi satu dari 216 Tenaga Kesehatan Teladan 2016 dari Kementerian Kesehatan pada Agustus lalu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya