Liputan6.com, Woodlands - Beberapa minggu terakhir ini berita tentang bulan muncul bertubi-tubi. Tampilan bulan pun dikait-kaitkan dengan kiamat dan berbagai bencana di Bumi.
Lalu, apa bedanya Black Moon, Blue Moon, blood moon, supermoon?
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Space.com pada Jumat (30/9/2016), dalam banyak kasus, nama-nama julukan yang diberikan pada kejadian-kejadian berbeda pada bulan tidak bermakna secara astronomis.
Dalam banyak kasus, nama-nama itu mengacu kepada posisi atau fase bulan dan kalender Gregorian.
Bob Berman, ahli astronomi untuk layanan penyiaran Slooh yang khusus tentang ruang angkasa, menjelaskan, "Saya perlu menekankan bahwa semua itu bukan istilah ilmiah, tidak dipakai oleh para ahli astronomi."
Berikut ini adalah penjelasannya:
Black Moon
Black Moon memiliki beberapa arti. Definisi paling lazim adalah bulan baru yang ke dua dalam sebulan.
Bulan mengalami beberapa fase sebagaimaina diamati dari Bumi. Pada saat bulan purnama, semua cakramnya jelas terlihat.
Pada saat bulan baru, tidak ada cakram cahaya yang tampak karena sisi jauh bulan diterangi oleh matahari, sehingga sisi yang menghadap Bumi sedang gelap.
Menurut kolumnis Space.com bernama Joe Rao, Black Moon menurut definisi ini muncul setiap 32 bulan.
Berman menjelaskan tentang beberapa definisi lain Black Moon. Salah satunya mengacu kepada situasi ketika tidak ada bulan baru dalam sebulan. Hal ini hanya mungkin terjadi dalam bulan Februari, yang biasanya memiliki 28 hari.
Siklus lunar adalah 29,5 hari, sehingga bisa saja Februari tidak mengalami baik bulan purnama maupun bulan baru.
Definisi Black Moon yang kurang terdengar adalah bulan baru ke tiga dalam suatu musim yang memiliki empat bulan baru. Berman mengaku tidak mengetahui asal muasal definisi ini.
Blue Moon
Blue Moon
Blue Moon tidak mengacu kepada warna bulan seperti diduga orang.
Sebenarnya, hal itu mengacu kepada bulan purnama ke dua dalam sebulan. Blue Moon terakhir terjadi pada 21 mei 2016 dan berikutnya pada 31 Januari 2018.
Kadang-kadang, bulan purnama ke tiga dalam suatu musim juga disebut Blue Moon, yang sebenarnya merupakan definisi parsial bagi Black Moon, ujar Berman.
Istilah "Blue Moon" bermula pada 1940-an, tapi baru ramai dipakai beberapa dekade lalu.
Namun, Bulan memang berwarna biru saat kejadian Gunung Krakatau yang meletus pada 1883.
Letusan Krakatau diibaratkan seperti meledaknya nuklir dengan kekuatan 100-megaton dan menyemburkan debu vulkanik yang hampir menutupi permukaan bumi.
Seperti dikutip dari situs NASA, hampir tiap malam orang melihat Bulan berwarna biru.
Advertisement
Bood Moon
Blood Moon
Bulan berdarah terjadi pada saat gerhana total bulan. Pada saat itu, Bumi melintas di antara matahari dan bulan sehingga menghalangi sinar matahari yang menuju Bulan.
Bulan menerima sedikit cahaya dari pinggiran atmosfer Bumi sehingga langit dan permukaan bulan menjadi berwarna merah.
Pengamat langit yang pernah melihat gerhana total bulan akan mengerti sebutan ini.
Supermoon
Supermoon terjadi ketika bulan purnama dan bulan itu sendiri sedang paling dekat dengan Bumi. Kedekatan ini membuat bulan seakan sedikit lebih besar di langit.
Tapi, perbedaannya hanya sedikit, sehingga kebanyakan pengamat langit tidak menyadarinya.
Menurut Joe Rao, supermoon pada 14 November 2016 sangat istimewa, katanya, "Terakhir kalinya bulan sedekat itu terjadi pada 26 Januari 1948. Bisa muncul perbedaan jauh antara pasang dan surut samudera."
Nama-nama lain
Berbagai budaya memiliki nama-nama berbeda untuk bulan purnama tiap bulan. Misalnya, suku-suku pribumi Amerika dan belahan utara bumi memberi nama Beaver Moon dan Frosty Moon untuk keadaan bulan purnama November. Beaver berarti 'berang-berang'.
Dua nama itu mengacu kepada alam liar lokal dan perubahan musim.