Liputan6.com, Jakarta Setiap orangtua tentunya ingin anaknya terhindari dari narkoba. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, semakin sulit untuk para orangtua meyakinkan hal tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Semakin luasnya lingkup peredaran narkoba dan juga bertambahnya jumlah kelompok pergaulan yang negatif, membuat anak remaja semakin rentan terserang godaan menggunakan narkoba.
Sekarang cobaan untuk para orangtua tidak hanya menghindari anak mereka dari narkoba jenis sabu, heroin, kokain, ganja, ekstasi, mushroom dan happy five saja.
Kini mereka juga harus waspada dengan kemungkinan anak menyalahgunakan obat yang sebetulnya bukan golongan narkoba.
Anak remaja di era modern ini, khususnya di Indonesia, sudah mulai mengonsumsi obat tidur, antidepresan, bahkan vitamin, bukan dengan air putih namun dengan minuman bersoda, kopi atau minuman penambah stamina.
Obat psikoaktif yang mengandung zat nitrazepam, Dumolid sangat populer di kalangan anak remaja. Sebetulnya obat penenang ini digunakan untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan tidur atau insomnia.
Obat ini juga diresepkan pada mereka yang mempunyai riwayat depresi guna membuat mereka lebih mudah istirahat dan tidak terlalu lama terjaga.
Sayangnya, banyak anak remaja yang tidak punya riwayat masalah kesehatan tersebut beralih menggunakannya untuk menjadi lebih percaya diri.
Dumolid bikin tulalit
Seorang ibu di Jakarta yang anak remajanya sudah tiga kali dipergoki menggunakan pil Dumolid menjelaskan bagaimana obat ini bisa menimbulkan efek sama parahnya dengan yang ditimbulkan sejumlah jenis narkoba asli.
"Dumolid membuat otak anak saya tulalit!" Ungkapnya saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (1/10/2016).
Sang ibu menceritakan bagaimana anaknya bisa mengonsumsi pil tersebut dalam jumlah banyak bahkan bisa 10 atau satu setrip dalam sehari.
"Anak saya biasa mengonsumsinya dengan kopi atau soda. Bayangkan betapa bahayanya obat dicampur dengan minuman seperti itu, apa lambungnya tidak akan meledak?", terangnya.
Saat ditanya mengenai efek pada anak, sang ibu menjawab, "Ia merasa dirinya lebih percaya diri, kalau saya melihatnya ngomongnya nyeret atau seperti melantur."
Selain itu, sang ibu juga mengatakan bahwa anak remajanya jadi lebih sering lupa dan menjadi lebih kurang teliti saat mengerjakan pekerjaan rumahnya.
"Kalau lagi bicara cepat tapi terbata-bata seolah lidahnya tertahan saat ngomong. Terus cepat lupa dan lebih sering marah-marah," tuturnya.
Sang ibu menegaskan bahwa pemerintah Indonesia harus lebih waspada akan penyebaran pil-pil ini di Tanah Air lantaran penjualannya sudah mulai bebas dan bahkan tersedia di apotik-apotik.
Advertisement