Liputan6.com, Jakarta Warga Jakarta, khususnya yang melintas di dekat kantor Wali Kota Jakarta Selatan pada Jumat (30/9/2016) siang lalu dikejutkan oleh tayangan video porno di sebuah papan iklan. video panas yang tayang selama 20 menit itu kabarnya merupakan ulah peretas. Hingga saat ini polisi masih mendalami kasus tersebut.
Perkembangan teknologi saat ini memudahkan setiap individu untuk mendapatkan berbagai macam informasi, termasuk pornografi. Baik kata "porn" maupun "porno" menjadi kata yang paling sering diakses di mesin pencari Google. Jumlah pencarian kata tersebut mencapai lebih dari satu miliar.
Advertisement
Mengutip laman Bustle, berdasarkan data yang disusun situs Paint Bottle pada 2013, sekitar 70 persen pria dan 30 persen wanita menonton tayangan porno dan jumlah tersebut meningkat setiap minggunya. Data yang sama juga menunjukkan bahwa situs porno lebih sering diakses ketimbang situs-situs seperti Netflix, Amazon, atau Twitter.
Meski masih ada perdebatan mengenai dampak menonton tayangan video porno, sebuah studi menunjukkan dampak negatif pada remaja yang menonton video porno. Remaja yang sering menonton video porno besar kemungkinan melakukan perilaku seksual berisiko, memiliki masalah dalam hubungan, sering membolos, merokok, serta mengonsumsi alkohol. Mengutip laman Addiction, studi lain juga menunjukkan hasil serupa terkait kebiasaan menonton video porno pada remaja dewasa dengan perilaku seks berisiko (tanpa pengaman, serta berhubungan intim dengan orang asing), serta peningkatan penggunakan obat-obatan dan hal lainnya.
10 alasan sebaiknya Anda berhenti menonton video porno
Laman GQ pun berhasil mengumpulkan 10 alasan sebaiknya Anda berhenti menonton video porno:
1. Individu yang kecanduan video porno biasanya mengalami penurunan gairah seks dengan pasangannya. Mereka yang kerap berganti pasangan akan bisa meneruskan hasrat mereka. Ini dikenal sebagai Coolidge Effect atau kecenderungan selalu mencari pengalaman baru. Pornografi melatih penontonnya untuk terus mendapatkan sesuatu yang baru.
2. Satu dari lima orang yang rutin menonton video porno mengaku merasa dikendalikan oleh gairah seks mereka.
3. Sekitar 12 persen anggota NoFappers melaporkan mereka menonton lima jam atau lebih tayangan porno di internet setiap minggunya. Kemudian 59 persennya mengaku menonton empat hingga 15 jam video porno per minggunya.
4. Hampir 50 persen NoFap tak pernah berhubungan seksual seumur hidup mereka. Artinya pengalaman intim mereka semata-mata hanya melalui media digital.
5. Sekitar 42 persen mahasiswa dilaporkan mengunjungi situs porno secara rutin.
6. 53 persen dari NoFappers mengembangkan perilaku mengakses video porno secara rutin sejak usia 12 dan 14 tahun. Dan yang mengejutkan 16 persen dari mereka mengatakan pertama kali menonton video porno sebelum berusia 12.
7. Sejumlah 64 persen partisipan mengatakan ketertarikan mereka terhadap tayangan video porno yang lebih ekstrem.
8. Sekitar 17 persen NoFap usia 27 hingga 31 tahun mengalami ejakulasi dini, 25 persennya tidak tertarik melakukan hubungan seksual dengan pasangan mereka, dan 31 persen kesulitan mencapai orgasme, lalu 34 persennya mengalami disfungsi ereksi.
9. Setelah berhenti melakukan masturbasi atau menonton video porno, 60 persen dari mereka merasa fungsi seksualnya meningkat.
10. Sekitar 67 persen dari mereka pun merasakan peningkatan energi dan produktivitas.
Advertisement