Liputan6.com, Makassar - Januar, ayah yang nekat menjual bayinya dengan cara dilelang di Makassar sempat di-bully di media sosial karena dianggap sebagai orang berada. Apalagi, akun Facebook pribadinya tertulis jabatannya sebagai Chief Executive Officer (CEO) di sebuah perusahaan dan berpenampilan kece serta memiliki motor bagus.
Saat dikonfirmasi, Januar membantah hal itu. Dia membenarkan dirinya menjabat sebagai CEO, tapi hanya di dalam sebuah organisasi nonprofit di bidang pendidikan.
"Saya CEO di Sekolah Semesta," kata Januar saat ditemui Sabtu, 1 Oktober 2016.
Dia mengaku saat ini tinggal di sebuah rumah kontrakan dan bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan swasta yang ada di Makassar.
"Penghasilan saya hanya sekitar Rp 2 jutaan per bulan, soal motor itu saya tidak punya motor, itu motor perusahaan," ujar dia.
Januar meminta jangan melihat seseorang dari penampilannya saja. Seandainya mampu, kata dia, buat apa menjual anak pertama.
Baca Juga
Advertisement
Januar mengisahkan awal mula hingga rencana menghebohkan itu muncul. Sedari awal, Januar dan istri Andi Indra Ayu sudah melakukan berbagai macam upaya agar diberikan kemudahan terkait beban biaya perawatan anaknya Faradiba Auliyah Khumairah.
"Pertama saya melobi pihak Rumah Sakit agar menunggu hingga BPJS anak saya aktif namun gagal. Lalu selanjutnya, saya juga sudah menemui pihak BPJS agar diberi surat rekomendasi agar pihak rumah sakit dapat menunggu namun lagi-lagi gagal," kata dia dengan suara gemetar dan mata berkaca-kaca.
"Bahkan saya sudah berusaha mengajukan kredit di bank tapi hingga saat ini belum juga cair."
Bantuan untuk Januar
Usai mengunggah di Facebook, Januar menyebutkan, banyak telepon masuk. Dari sekian banyak itu, bukan untuk menawar bayi Januar untuk dibeli, melainkan menawarkan bantuan kepada Januar.
"Banyak yang telepon, tapi semuanya mau tawarkan bantuan," kata dia.
Hal senada diucapkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar, Basdir. Ia menyebutkan, hingga saat ini bantuan untuk anak Januar yang lahir prematur datang dari banyak pihak, termasuk Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo dan Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal.
"Berhubung semua biaya rumah sakit sudah dibayarkan, dana bantuan tersebut akan diberikan kepada orang lain yang sangat membutuhkan. Dananya juga tentu akan dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan teman-teman juga sangat transparan mengenai dana itu," kata anggota DPRD Kota Makassar Fraksi Partai Demokrat itu.
Solusi dari Rumah Sakit
Sementara, pihak Rumah Sakit Pendidikan Unhas Makassar berjanji menyelesaikan kasus Januar yang nekat menjual bayinya karena tak bisa membayar biaya operasi.
"Saya akan membawa orangtua bayi menghadap ke direktur untuk bertemu langsung semoga ada jalan dan masalah ini selesai," kata Ketua Dewan Pengawas Rumah Sakit Pendidikan Unhas Makassar, Idrus Paturusi, Jumat 30 September 2016.
Ia mengaku mengetahui awal kejadian dari berita yang terbit Jumat. Permasalahan itu timbul karena persoalan kecil, yakni menyangkut masa aktif kepesertaan BPJS sehingga terbentur dengan biaya operasi hingga perawatan yang seharusnya ditanggung dalam BPJS.
"Ini sebenarnya persoalan biasa saja dan insyaallah bisa dicarikan jalan keluarlah. Seluruh biaya sebenarnya telah ditanggung dalam BPJS Kesehatan cuman persoalannya masa aktif BPJS-nya belum berlaku. Di situ saja masalahnya," kata Idrus.
Idrus mengungkapkan bahwa seluruh pasien yang berada di RS Pendidikan Unhas Makassar itu menggunakan BPJS. "Rumah sakit ini kan milik pemerintah tentu kita akan upayakan ada solusilah buat masalah bayi ini," kata Idrus.
Hingga saat ini, bayi mungil, Faradiba (16 hari) yang rencana dijual orangtuanya masih dalam perawatan intensif RS Pendidikan Unhas Makassar, Jumat (30/9/2016).
"Masih dirawat di dalam sambil kami berusaha untuk menutupi biaya rumah sakit. Yah, Alhamdulillah semalam juga dapat sedikit bantuan dan sudah cukup membantu meringankan beban kami," ucap Januar.
Sebelumnya, Januar dan Andi Indra Ayu, pasangan suami istri nekat hendak menjual bayinya yang lahir prematur karena tidak mampu membayar biaya kelahiran bayi itu.
Pasangan suami istri asal Kabupaten Gowa, Sulsel, ini sebelumnya telah mengurus BPJS ketika kandungan Andi Indra Ayu berumur 5 bulan. Namun, pihak BPJS mengatakan pengurusan BPJS untuk anak dalam kandungan baru bisa dilakukan ketika kandungan berumur 7 bulan.
Saat kandungan Andi Indra Ayu berumur 7 bulan, ia harus melahirkan bayinya dengan cara operasi caesar dan bayinya harus dirawat di inkubator serta pernafasan bantuan yang memakan biaya Rp 2 juta per hari. Total biaya yang harus ia siapkan mencapai Rp 39 juta.
Advertisement