Paus Fransiskus kepada Pemilih AS: Pelajari, Berdoa Lalu Memilih

Setelah memilih capres favoritnya, pemilik suara di AS harus yakin atas keputusannya itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 03 Okt 2016, 11:03 WIB
Jorge Mario Bergoglio atau yang lebih dikenal dengan Paus Fransiskus adalah pemimpin gereja katolik sekaligus kepala negara vatikan.

Liputan6.com, Alzerbaijan - Paus Fransiskus pada Minggu, 2 Oktober 2016 lalu memberi nasihat kepada umat Katolik di Amerika Serikat (AS) yang kali ini merasa "terpecah" di antara dua kandidat calon Presiden AS yang tak sempurna.

Kepada mereka, juga kepada seluruh pemilih AS lainnya, Fransiskus meminta agar mereka belajar dan berdoa sebelum memilih. Selain itu, Paus mengatakan warga AS harus yakin atas keputusannya itu.

Hal itu ia kemukakan di dalam pesawat yang membawanya kembali dari Azerbaijan. Paus Fransiskus ditanya oleh para wartawan yang menemaninya bagaimana warga AS kini menghadapi pemilihan calon presiden yang kontroversial sepanjang sejarahnya.

"Anda memberi pertanyaan kepada saya yang mendeskripsikan betapa sulitnya pilihan karena, menurut Anda, ada banyak kesulitan di satu kandidat dan di kandidat lainnya," kata Paus tanpa mengucapkan capres Partai Demokrat Hillary Clinton maupun Republik, Donald Trump.

Dilansir Reuters, Senin (3/10/2016), para wartawan mempertanyakan kebijakan Hillary yang pro-aborsi, sementara pernyataan Trump yang mengerikan seperti mengusir imigran dan menekan agama minoritas.

"Selama kampanye politik, saya tak akan mengatakan sepatah kata pun," kata Paus.

"Orang-orang punya pemikirannya sendiri, yang bisa saya katakan adalah, pelajari tawaran para kandidat, berdoa lalu pilih sesuai dengan keyakinan Anda semua," ucap Paus asal Argentina itu.

Namun, respons berikutnya dari Paus bahwa AS adalah salah satu negara yang begitu dipengaruhi oleh politik. Ia menyebut Negeri Paman Sam kehilangan budaya berpolitik sejati.

"Ketika di negara mana pun ada dua atau tiga atau empat kandidat capres yang tak mampu memuaskan seluruh orang, itu berarti kehidupan politik negara itu terlalu sadar apa itu politik dan justru kehilangan arti dari berpolitik sejati," lanjutnya.

"Orang berkata, 'oh aku bukan dari partai ini', atau 'oh aku justru dari partai ini'. Namun secara efektif, mereka justru tak punya pemikiran jelas tentang landasan, tentang proposal (yang diajukan oleh para kandidat)," terang Paus.

Pada Februari lalu, sekembalinya dari Meksiko, Paus mempertanyakan apakah pemeluk Katolik AS akan memilih seseorang seperti Trump yang memiliki pendapat atas imigrasi, terutama miliarder itu berjanji akan membangun tembok dengan Meksiko.

Paus Fransiskus saat itu mengatakan, orang sejenis tersebut adalah "bukan Kristen". Trump lantas menyerang balik pemimpin tertinggi umat Katolik dengan menyebut bahwa komentar Paus tercela. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya