Liputan6.com, Jakarta - PT Mabua Harley-Davidson selaku Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) resmi tutup pada 1 Januari lalu. Dampaknya ke konsumen pasti terasa, minimal turunnya kepercayaan terhadap merek asal Amerika Serikat (AS) tersebut.
Konsekuensinya, konsumen yang tadinya loyal, perlahan pindah. Apalagi penjaja motor gede (moge) tak hanya Harley, meski perpindahan ini tak melulu ke merek moge lain.
Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Ketua Humas dan Media Harley Davidson Club Indonesia (HDCI), Ferdo Raturandang. Menurutnya, penghentian operasi konsekuensinya memang kehilangan konsumen itu sendiri.
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, Ferdo menggarisbawahi bahwa umumnya konsumen yang pindah merek itu tak lantas meninggalkan Harley sama sekali. Justru, juar Ferdo, motor lain yang kemudian dibeli adalah motor pilihan kedua.
"Yang mereka beli itu biasanya yang nomor dua. Tetap nomor satunya Harley," ujar Ferdo, di sela Media Gathering di Sekretariat Pusat HDCI di bilangan SCBD, Jakarta, Jumat lalu (30/9).
Menurut Ferdo, beralih ke merek motor tertentu didasarkan atas beberapa faktor. "Mungkin harganya lebih murah dan brand-nya juga masih bagus," tambahnya.
Ia menyebut beberapa merek yang kerap jadi `pelarian` konsumen Harley, salah satunya adalah Triumph, merek motor klasik asal Inggris.
Umumnya, tambah Ferdo, pelarian sementara ini disebabkan karena pengguna Harley sedari awal memang sudah seorang maniak dan loyal. Dengan begitu apapun yang terjadi pada ATPM, mereka akan tetap menggunakan merek yang disukainya.