Liputan6.com, Jakarta Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengatakan pendidikan Pesantren yang telah berkembang jauh sebelum Indonesia merdeka, terbukti menghasilkan manusia-manusia mandiri.
Kemandirian, menurut Hanif, bersumber dari etos teologis atas tugas penciptaan manusia untuk mengelola sumber daya alam secara produktif dan berkelanjutan demi tercapainya keadilan dan kemakmuran di muka bumi. Kekuatan etos teologis ini diyakini akan menjadikan bangsa Indonesia memiliki daya saing kuat dalam menghadapi kompetisi global dewasa ini.
Advertisement
Menteri Hanif menjelaskan dorongan paling kuat seseorang untuk maju dan berkembang dalam hidupnya, berasal dari kesadaran teologis, bukan motif dunia semata.
"Puncak kebahagiaan bagi lulusan pesantren bukanlah ketika ia meraih kekayaan untuk dirinya saja, tetapi pada saat ia mampu menolong sesamanya dari situasi kesulitan yang menjepit hidupnya. Untuk mampu menolong sesamanya, tidak jalan lain kecuali mereka menjadi pribadi-pribadi yang mandiri," terang MHD di depan ribuan jamaah pengajian dalam acara Haul Ke-5 KH. Masruri Mughni di Pondok Pesantren Alhikmah 2, Benda, Sirampog, Brebes, Jawa Tengah, Minggu (02/10) lalu.
Pemerintahan dibawah Presiden Jokowi, lanjut politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini, menyadari betul potensi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki dasar mencetak manusia mandiri. Karena itu, Presiden Jokowi memberikan arahan agar Kementerian Ketenagakerjaan yang dipimpinannya merumuskan program strategis yang bertujuan meningkatkan keterampilan dan kompetensi masyarakat melalui pesantren.
"Mulai 2017 besok, akan dibangun Balai Latihan Kerja Berbasis Komunitas, yang difokuskan di pesantren-pesantren. Targetnya, para santri yang sudah mempunyai modal etos teologi kemandirian itu dapat memiliki bekal keterampilan teknis berproduksi", kata Hanif..
Diperkirakan santri yang mengenyam pendidikan pesantren di seluruh Indonesia berjumlah sekitar 4,2 juta orang. Dengan program BLK Berbasis Komunitas yang difokuskan ke pesantren, diharapkan beberapa tahun mendatang akan tercipta jutaan angkatan kerja nasional yang memiliki kompetensi teknis berproduksi dan etos teologis yang kuat.
"Mereka tidak akan bergantung kepada ketersedian lapangan pekerjaan, bahkan akan menjadi para pahlawan yang menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat lainnya," tutur Hanif.
(Adv)