Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai penyaluran listrik di Indonesia masih untuk kegiatan konsumtif bukan hal yang produktif. Pasalnya, beban puncak listrik di Indonesia terjadi di malam hari.
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi menerangkan, dengan beban puncak listrik di malam hari menunjukkan jika pemakaian listrik tidak digunakan untuk kegiatan produktif. Misalnya, digunakan hanya untuk menonton TV dan lain sebagainya.
Baca Juga
Advertisement
"Average seluruh Indonesia beban puncak baru malam hari jadi listrik konsumtif domestik rumah tangga bukan kegiatan ekonomi. Padahal listrik pendorong kegiatan ekonomi," ujar dia dalam acara Business Update Kelistrikan Jakarta PLN Distribusi Jakarta Raya di Balai Kartini Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Dia menerangkan, kondisi ini berbeda dengan Malaysia di mana beban puncak terjadi di siang hari. Ini indikator jika pemakaian listrik untuk kegiatan produktif karena penggunaannya di jam kerja.
Beban puncak di siang hari di Indonesia hanya terjadi di beberapa kota besar seperti Jakarta. "Di Malaysia dan negara lain beban puncaknya siang hari. Di kita beban puncak siang hari rata-rata di Jakarta dan sekitarnya Tangerang, Bekasi," imbuh dia.
Namun demikian, dia mengatakan pemenuhan listrik di Jakarta bukan tanpa kendala. Saat ini, dia mengatakan penambahan gardu induk di Jakarta sulit tercapai karena permasalahan lahan.
"Di Jakarta gardu induk yang besar sudah overload karena sudah banyak dipakai akhirnya kapasitas terbatas dan sangat sulit untuk menambahnya. Masalah ruang atau tempat untuk memasang gardu induk di mana, karena pembebasan lahan sulit. Kita tahu di Jakarta tata ruang mahal," tandas dia. (Amd/Gdn)