Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah bakal mencabut subsidi untuk pelanggan listrik 900 VA. Dengan pencabutan subsidi ini, maka tarif listrik untuk pelanggan tersebut bakal naik. Namun kenaikan tarif listrik tersebut tak akan meningkatkan kemiskinan.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, bukan kenaikan listrik yang jadi pemicu utama kemiskinan. Namun ada faktor lain yang memicu kenaikan angka kemiskinan.
"Apakah kenaikan listrik menyebabkan kita miskin atau tidak? Ternyata tidak menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)," kata dia dalam Business Update Kelistrikan Jakarta PLN Distribusi Jakarta Raya di Balai Kartini Jakarta, Selasa (10/4/2016).
Baca Juga
Advertisement
Pemicu kemiskinan utama di Indonesia ialah beras. Semakin harga beras fluktuatif, maka masyarakat Indonesia semakin rentan miskin.
"Yang membuat rakyat Indonesia miskin adalah konsumsi beras. Karena kalau beras naik, fluktuatif bagi rumah tangga miskin," kata dia.
Kemudian faktor pendorong kemiskinan lain ialah rokok. Tulus menerangkan, konsumsi rokok menempati urutan kedua setelah beras. "Kenaikan tarif listrik terasa, tapi tidak sampai memiskinkan mereka," kata dia.
Tulus menyebut faktor lain ialah pulsa. Pasalnya, ketergantungan masyarakat akan pulsa sangat tinggi.
"Pulsa saat ini menjadi konsumsi adiksi, ketergantungan kita pada pulsa sangat tinggi. Padahal kalau disuruh milih pulsa apa listrik padam. Banyakan pasti pulsa dulu, padahal kalau listrik padam pada enggak bisa nge-charge juga. Tapi alokasi anggaran kita untuk pulsa berlipat dibanding listrik," tandas dia. (Amd/Gdn)