Liputan6.com, Jakarta - Memiliki fisik yang tidak sempurna dianggap menjadi sebuah hambatan bagi beberapa orang. Penderita difabelitas beranggapan bahwa mereka tidak seberuntung orang 'normal' yang dapat bergerak dan berkreasi 'semaunya'.
Namun ternyata tanggapan itu tidak benar. Siapa bilang difabel atau penyandang cacat tidak memiliki kesempatan yang sama dengan manusia 'normal'.
Advertisement
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyandang kebutuhan khusus pun juga dapat melakukan kegiatan seperti bermusik, menciptakan, memasak, bahkan berolahraga.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ajang pertandingan khusus difabel tingkat internasional, yang lebih dikenal dengan sebutan Paralimpik.
Paralimpik merupakan ajang olahraga internasional yang dikhususkan untuk atlet yang mengalami cacat visik, mental, dan sensoral.
Pada 2016, paralimpik 'disandingkan' dengan ajang olahraga Olimpiade Rio. Salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan adalah Paralimpik Rugbi Kursi Roda.
Pada Olimpiade Rio 2016 yang telah berakhir beberapa bulan yang lalu, kompetisi itu dimenangkan oleh tim rugbi kursi roda Australia.
Mereka pulang ke Negeri Kanguru setelah mengharumkan nama bangsa dan membawa medali emas.
Walaupun telah populer di kancah internasional, rugbi kursi roda pertama kali terkenal di Indonesia pada 2014. Olahraga kebutuhan khusus itu diperkenalkan oleh Yayasan Damai Olahraga Bali Sport Foundation.
"Kami membentuk yayasan ini untuk mengembangkan dan membentuk percaya diri para penyandang difabel. Mereka juga bisa berkreasi seperti Anda dan saya. Mereka hanya perlu mencoba dengan tekad yang kuat," kata salah seorang dari yayasan, Rodney, kepada Liputan6.com, Selasa (4/10/2016).
Menurut Rodney, Indonesia memiliki potensi atlet paralimpik yang besar. Hanya saja, terkadang keluarga dan rasa malu menjadi kendala.
"Indonesia bisa menjadi negara 'olahraga' jika mau. Negara ini sangat kaya akan sumber daya atlet. Ribuan pulau dengan ribuan potensi yang masih tersembunyi. Lihat saja para atlet ini, mereka menjadi lebih percaya diri dan dapat bersosialisasi dengan normal," kata pria yang juga merupakan mantan atlet Rugbi Union Indonesia.
Tim yang dibentuk Bali Sport Fondation cukup tangguh, berada pada urutan 3 se Asia -- pertama Jepang dan kedua Korea.
Kali ini, tim rugbi kursi roda Indonesia mendapatkan kesempatan untuk adu 'jotos' melawan pemegang medali emas Olimpiade Paralimpik Rio 2016, tim Australia.
Dua orang dari anggota tim, Matt 'Bomber' Lewis dan Nazim 'Naz' Erdem, mengunjungi Jakarta, untuk melawan tim rugbi kursi roda Indonesia.
Pertandingan persahabatan itu dilakukan pada Selasa (4/10/2016) sore WIB, di Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia.
Pertandingan Latihan Persahabatan
Indonesia VS Australia
Rugbi kursi roda merupakan pertandingan paralimpik yang menggabungkan bola tangan, basket, dan rugbi. Kekuatan fisik serta kelincahan dalam mengendalikan kursi roda sangat dibutuhkan dalam permainan ini.
Matt dan Naz ditunjuk menjadi kapten tim yang terpisah. Mereka memimpin kelompok beranggotakan 3 orang.
Saat jam di dinding menunjukkan pukul 17.05, pertandingan antara kedua tim dimulai.
Masing-masing anggota tim terlihat gesit melesat bersama kursi roda rancangan khusus mereka. Saling menabrak lawan, dasar yang sama dengan permainan rugbi.
Atlet Indonesia terlihat gesit dan lincah, mereka saling mengoper satu sama lain. Kapten tim Indonesia, Ratni, dengan lihat mengontrol alur kursi rodanya di lapangan.
Sesekali Ratni menabrak dengan keras pemain lain. Hal biasa yang dilakukan dalam posisi bertahan atau defensive dalam rugbi. Atlet perempuan itu memperlihatkan bahwa Indonesia tidak bisa diremehkan.
Sementara itu Matt dan Naz juga tak mau kalah, mereka menunjukkan keahlian mereka sebagai atlet profesional. Kedua tim tampak bertanding dengan semangat.
Para atlet terlihat menikmati pertandingan mereka. Sesekali tampak para atlet paralimpik itu tertawa di sela-sela kesalahan yang dibuat oleh anggota tim mereka.
Setelah 20 menit, pertandingan itu berakhir. Siapa yang menang tidak penting, karena permainan itu adalah sebuah tanda 'keakraban' baru bagi Indonesia dan Australia.
"Aku sangat senang dapat bertanding melawan tim Indonesia. Mereka sangat bersemangat dan memiliki kapten yang bagus. Kunci bermain yang benar adalah kekompakan dan komunikasi yang bagus antar anggota tim," kata Naz mengomentari pertandingannya dengan tim Indonesia.
Sementara itu, kapten rugbi kursi roda Indonesia, Ratni, mengatakan bahwa dia tidak percaya bisa bertanding melawan 'selebritas' olahraga itu.
"Awalnya saya pikir bermain dengan tim Jakarta. Ternyata dengan peraih medali emas Paralimpik Rio 2016. Saya sangat senang dan terharu," ujar Riatni.
Pertandingan eksibisi itu dilakukan sebagai latihan sekaligus persiapan tim Indonesia untuk kejuaraan South by South East Asia (AxSE Asia). Kompetisi itu akan dilaksanakan pada 8-9 Oktober mendatang di Jakarta Intercultural School (JIS).
"Eksibisi ini merupakan salah satu latihan kami. Kami ingin melihat hasil latihan dan keefektifan strategi dalam bertanding nanti. Akan ada pertandingan di JIS. Kami sangat beruntung dapat mengambil ilmu dari dua orang atlet profesional ini. Aku tidak bilang kami pasti menang pada pertandingan yang akan datang, tapi kami menggali ilmu dari mereka dan mengaplikasikannya," kata Rodney.
"Kami melihat banyak sekali potensi yang ada di Indonesia. Saya dan tim hanya tinggal menggali dan mengasah potensi itu. Masalahnya adalah, kebanyakan orangtua malu memiliki anak cacat. Padahal mereka juga bisa menjadi percaya diri dan lebih aktif dengan mengikuti banyak kegiatan seperti paralimpik," sambung Rodney.
Selain rugbi kursi roda -- menggabungkan permainan basket, bola tangan, dan rugbi -- masih banyak cabang olahraga lainnya yang dapat dipilih para penderita difabel seperti basket kursi roda, catur, judo, renang, dan lari.
Advertisement