Liputan6.com, Jakarta Sentakan ketakutan dan rasa seperti diteror merayap masuk dalam mimpi di malam hari. Mimpi buruk tersebut dapat membuat kita panik setelah terbangun.
Biasanya ini dialami pada masa anak-anak, usia 5-12 tahun dengan jumlah sampai 50 persen. Menurut American Academy of Sleep Medicine (AASM), mimpi buruk pada anak-anak mungkin berasal dari mendengarkan cerita, menonton acara TV atau film yang menakutkan, serta kecemasan dan stres di sekolah.
Advertisement
Sementara, orang dewasa diganggu mimpi buruk hanya 2-8 persen dari populasi yang ada, kata AASM. Lauri Quinn Loewenberg, seorang analis mimpi profesional dan penulis Dream On It, Unlock Your Dreams Change Your Life menekankan pentingnya pemahaman tentang mimpi yang sebenarnya adalah sebuah proses berpikir.
"Mimpi adalah ketika kita berpikir tentang isu-isu sulit selama REM (Rapid Eye Movement) dan mencoba untuk menyortirnya. Kita sering mengabaikan masalah yang sulit tapi ketika tidur dipaksa oleh kepala untuk membahasnya," ujarnya.
Masalah Penyebab Mimpi Buruk?
Konflik yang belum terselesaikan bukan satu-satunya penyebab mimpi buruk. Kebiasaan makan yang buruk juga dapat berkontribusi pada frekuensi episode teror tersebut.
Orang dapat memiliki mimpi buruk setelah camilan larut malam. Mengonsumsi makanan berat atau ringan yang tinggi karbohidrat jelang tidur meningkatkan aktivitas otak dan metabolisme tubuh, dilansir laman Medicaldaily, Rabu (5/10/2016).
Carol Wasserman, seorang praktisi kesehatan holistik bersertifikat menunjukkan alergi dapat memicu mimpi buruk berulang. "Misalnya Anda memiliki alergi terhadap buah persik, tapi tidak sadar maka Anda bisa mendapatkan mimpi buruk. Jika dihentikan, berhenti juga mimpi buruknya."
Mimpi buruk pada orang dewasa bisa spontan, tetapi umumnya dipicu oleh faktor psikologis seperti kecemasan dan depresi, serta gizi buruk. Gangguan tidur termasuk sleep apnea, dan sindrom kaki gelisah dapat menyebabkan orang mengalami kronis, dan mimpi buruk pun akan berulang.
Advertisement
Mimpi Buruk Terjadi Otak Bekerja
Mimpi buruk cenderung terjadi pada sepertiga terakhir malam ketika tidur REM. Tidur REM terjadi setiap 90 menit pada malam hari dan berhubungan dengan aktivitas otak yang tinggi, gerakan mata yang cepat, serta aktivitas motorik terhambat.
Amigdala, yaitu bagian otak yang berperan melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi diatur oleh lobus depan otak tampaknya menjadi pelaku ketika mimpi buruk datang. Studi neuroimaging otak saat bermimpi menunjukkan amigdala sangat aktif.
"Saat memasuki tidur REM, ketika itu mimpi berlangsung dan otak bekerja secara berbeda," kata Loewenberg.