Liputan6.com, Manila - Rodrigo Duterte kembali berkata pedas kepada Barack Obama dengan mengatakan "you can go to hell" -- atau bisa diartikan 'pergilah ke neraka'. Mantan wali kota Davao tersebut juga mengancam akan memutuskan hubungan dengan AS.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Duterte ketika AS dan Filipina mulai melakukan latihan militer bersama.
Advertisement
Cacian Duterte kepada AS memanas setelah perang melawan narkoba yang dijalankannya mendapat kritik luas. Ribuan orang yang diduga menjadi pengedar dan pengguna narkoba dilaporkan tewas dalam operasi pemberantasan barang haram yang gencar dilakukannya. Jumlahnya melampaui 3.600 nyawa.
"Kenaikan angka pembunuhan selama operasi anti-narkoba membahayakan citra Filipina, seperti yang digambarkan media internasional, dan beberapa investor menanyakan apakah operasi itu mengurangi aturan hukum," ujar American Chamber of Commerce of the Philippines pada bulan lalu.
Para pejabat AS telah mengecam Duterte, terutama setelah ia menyamakan dirinya dengan Hitler. Namun, pria yang akrab disapa Digong itu kemudian meminta maaf atas pernyataannya itu.
Dikutip dari CNN, Rabu (5/10/2016), pada Selasa 4 Oktober Duterte juga mengatakan bahwa dirinya bersedia memutus hubungan dengan AS, lalu beralih ke Rusia dan China.
"Menghormati itu penting. Jika ini yang terjadi sekarang, saya akan mengkonfigurasi ulang kebijakan luar negeri. Akhirnya, mungkin, saya akan memutuskan hubungan dengan Amerika. Saya lebih suka ke Rusia dan China," ujar Duterte dalam pidatonya.
Menanggapi pernyataan pedas Duterte, Juru Bicara Gedung Putih John Earnest mengatakan, hal yang diucapkannya bertolak belakang dengan hubungan hangat antara dua negara.
Earnest juga mengatakan, AS belum menerima permintaan Filipina untuk mengubah hubungan bilateral mereka.
Namun, ia menegaskan bahwa AS tak ragu untuk meningkatkan perhatian terhadap pembunuhan di luar hukum Filipina yang ia sebut tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan universal.
Sementara itu, dalam pidatonya Duterte mengatakan bahwa dirinya tak akan berhenti melakukan perang terhadap narkoba. "Ini menjadi hal yang tak ada hentinya," ujar dia.
"Tidak ada hukum apa pun yang mengatakan bahwa aku tak bisa mengancam penjahat sebagai wali kota atau bahkan sebagai presiden," ujar Duterte dalam mempertahankan ancaman untuk membunuh para pengedar dan pengguna narkoba.