9 Faktor Risiko Kelahiran Prematur

Di bawah ini adalah beberapa faktor yang menurut para ahli berpotensi meningkatkan risiko untuk memiliki bayi prematur

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 25 Jun 2017, 13:00 WIB
Saat anaknya lahir prematur, ibu dapat membantu meningkatkan kualitas hidupnya melalui ASI.

Liputan6.com, Jakarta Bayi prematur (yang dilahirkan antara 23 dan 28 minggu) berisiko tinggi menderita celebral palsy, ADHD, kecemasan, asma, masalah dengan penglihatan, pendengaran, dan pencernaan. Mereka juga memiliki risiko yang lebih tinggi terkena infeksi dan paling berisiko mengalami SIDS, yaitu sindrom kematian bayi yang terjadi secara mendadak. 

“Ketika Anda memahami lebih jauh saat masa kehamilan, maka risiko-risiko menurun,” ujar direktur medis dari Tampa Obstetrics in Tampa di Florida, Dr Jill Hechtman.

Kelahiran prematur ialah kelahiran yang terjadi lebih dari tiga minggu sebelum waktunya bayi tersebut lahir. Sehingga hal ini membuat bayi memiliki waktu yang lebih sedikit untuk berkembang dalam rahim.

Bayi prematur, tidak hanya ukurannya badannya yang lebih kecil, namun mereka juga bisa memiliki masalah pada perkembangan dan fisiknya.

Berikut faktor-faktor yang menurut beberapa studi berpotensi meningkatkan risiko memiliki bayi prematur, seperti dilansir dari Foxnews, Rabu (5/10/2016).

1. Riwayat pribadi

“Faktor risiko terpenting untuk kelahiran prematur, ialah dengan melihat apakah Anda mempunyai riwayat melahirkan bayi prematur,” ujarnya. Bahkan studi menunjukkan bahwa wanita yang dulunya pernah melahirkan bayi prematur, sekitar 30-50 persen cenderung akan melahirkan lagi seorang bayi prematur.

2. Jarak kelahiran

Studi menunjukkan jarak kehamilan yang berdekatan meningkatkan risiko kelahiran prematur. Bahkan sebuah studi dalam BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynaecology, menemukan bahwa setengah dari wanita yang hamil lagi setelah 12 bulan baru melahirkan, akan melahirkan bayi berikutnya sebelum minggu ke-39.

3. IVF

Saat ini banyak wanita yang mulai melakukan fertilisasi in-vitro (IVF) untuk hamil. Meskipun tidak jelas mengapa, namun wanita yang hamil melalui proses IVF, tampaknya memiliki peningkatan risiko melahirkan bayi prematur.


4. Kembar

4. Kembar

Kelahiran prematur, adalah komplikasi yang paling umum terjadi bagi wanita yang hamil bayi kembar atau lebih. Bahkan menurut March of Dimes, 50 persen bayi kembar, 90 persen bayi kembar tiga, atau jumlah kembar yang lebih tinggi, berisiko tinggi lahir prematur.

5. Leher rahim yang dipendekkan

Wanita yang memiliki leher rahim seperti ini akibat menjalani prosedur loop electrosurgical excision (LEEP), yaitu penggunaan frekuensi tinggi arus listrik untuk memotong dan menghilangkan jaringan yang sakit pada kanker serviks, memiliki peningkatan risiko kelahiran prematur.

6. Depresi

Menurut studi dalam BJOG: an International Journal of Obstetrics and Gynaecology, ibu yang mengalaminya, memiliki 30-40 persen peningkatan risiko melahirkan prematur, yaitu antara 32 dan 36 minggu.

7. Berat badan kurang

Menurut studi dalam jurnal Obstetrics and Gynecology, meskipun hampir setengah wanita memiliki berat badan yang terlalu banyak saat hamil, 21 persen wanita tidak mendapatkan berat badan seperti yang disarankan dokter, dan ini dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur.

8. Infeksi

"Infeksi seperti bakteri vaginosis, yang disebabkan bakteri mycoplasma dan ureaplasma, dapat meningkatkan risiko ini," ujarnya.

Jadi, penting sekali membicarakan masalah ini dengan dokter kandungan, jika Anda memiliki faktor risiko seperti disebut sebelumnya sehingga Anda dapat membuat perubahan gaya hidup atau mempersiapkan lebih awal jika misalnya Anda mengalami kasus kelahiran prematur.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya