3 Lubang Berisi 185 Jasad, Bentuk Kekejaman Diktator Spanyol

Pada zaman Perang sipil dan kepemimpinan rezim Francisco Franco, banyak warga yang dieksekusi mati tanpa alasan dan sebab yang jelas.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 06 Okt 2016, 09:00 WIB
Pada zaman Perang sipil dan kepemimpinan rezim Francisco Franco, banyak warga yang dieksekusi mati tanpa alasan dan sebab yang jelas (Reuters)

Liputan6.com, Madrid - Sebuah kuburan massal dipenuhi dengan tengkorak pria dan wanita ditemukan di Kota Valladolid, Spanyol. Kerangka-kerangka itu diduga bagian jasad korban eksekusi pada masa perang brutal Spanyol dan zaman penguasa diktator Francisco Franco.

Di tempat itu penggali menemukan 3 buah lubang yang memuat 185 jasad. Tim forensik pun kini dilaporkan sedang meneliti bagian tubuh manusia itu untuk mengidentifikasi korban.

Seperti yang dikutip dari Daily Mail, Rabu (5/10/2016), peneliti percaya bahwa pemakaman umum kota itu masih memiliki setidaknya 10 kuburan massal serupa.

Sekitar 100 ribu jasad korban 'hilang' pada masa Perang Saudara dan kekuasaan rezim Franco diyakini terkubur di dalam lubang-lubang itu.

Penggalian dan pengidentifikasian jasad dimulai sejak April 2016.

Pihak berwenang Kota Valladolid mengeluarkan biaya sebesar US$ 24.699 atau setara dengan Rp 321 juta untuk mempekerjakan ahli.

"Ini adalah masalah martabat negara dan hak asasi manusia. Bukannya membuka luka lama. Kita tidak bisa berpaling dan mengabaikan hal ini," kata Wali Kota Valladolid, Oscar Puente.

Menurut laporan sang wali kota kuburan massal itu tidak pernah 'disentuh' karena pada 1977 Spanyol memberlakukan undang-undang pengampunan (amnesti), yang berujung pada pengampunan kejahatan rezim Franco.

Walaupun begitu, baru-baru ini muncul kembali ketertarikan untuk meneliti apa yang terjadi zaman dulu di negara itu.

Kuburan Massal bekas kekejaman pemimpin diktator Spanyol (Reuters)

Menanggapi hal tersebut seorang arkeolog, Julio del Olmo, mengatakan bahwa kerangka korban yang ditemukan diduga dieksekusi setelah dihakimi dalam Kangaroo Court -- pengadilan yang mengabaikan standar keadilan dan ilegal -- atau dibunuh secara berkelompok dan dibuang ke dalam lubang.

Kuburan Massal bekas kekejaman pemimpin diktator Spanyol (Reuters)

"Sangat disayangkan dan tidak bisa dimaafkan karena hal ini baru dilakukan sekarang, bukannya sejak lama. Pada 25 tahun yang lalu janda-janda yang juga jadi korban kekejaman ini menderita. Kala itu mereka masih hidup. Sekarang, mereka sudah meninggal, yang hidup hanyalah anak mereka yang saat itu masih kecil," ujar del Olmo.

Kuburan Massal bekas kekejaman pemimpin diktator Spanyol (Reuters)

Arkeolog itu juga menyebutkan bahwa hal tersebut seharusnya tidak luput dari mata pemerintah, mereka harusnya mengambil tindakan kala itu.

Del OLmo juga menerangkan bahwa beberapa kerangka bahkan ditemukan mengenakan sepatu bot kulit yang telah membusuk.

Pencarian sisa kuburan massal dilakukan dengan menggunakan radar getar. Setelah ditemukan lubang-lubang itu akan ditandai.

Kuburan Massal bekas kekejaman pemimpin diktator Spanyol (Reuters)

"Jasad-jasad ini ditemukan dibalut oleh tanah putih dan kapur yang digunakan untuk menghilangkan bau amis darah korban yang baru dieksekusi, serta mencegah tersebarnya virus penyakit.

"Walaupun begitu, pembunuhan dalam skala besar seperti ini harusnya 'berbau'," kata del Olmo.

Kuburan Massal bekas kekejaman pemimpin diktator Spanyol (Reuters)

Sejauh ini hanya beberapa kuburan massal di seluruh wilayah Spanyol yang telah digali dan didokumentasikan.

"Aku selalu menaruh bunga di kuburan massal yang berada di samping makam istriku selama 60 tahun setiap perayaan All Saint, dan menandai daerah tersebut dengan besi dan rantai," kata mantan pemilik bar berusia 80-89 tahun, Abilio Perez.

Sementara itu seorang pendeta mengatakan kepada seorang kerabat bahwa jasad ayah mertua dan saudaranya 'dibuang' ke dalam lubang itu setelah dieksekusi oleh Franco pada musim gugur 1936.

"Selama bertahun-tahun pihak berwenang mengatakan, tidak ada apa-apa di tempat itu. Kami meletakkan salib di tempat itu, tapi diambil," kata pendeta itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya