Geliat Tante Bibir Merah, Potret Prostitusi di Bengkulu

Liputan6.com menelusuri fenomena bisnis mesum di Bengkulu. Petugas kesulitan merazia.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 06 Okt 2016, 07:15 WIB
Ilustrasi prostitusi

Liputan6.com, Bengkulu - Bisnis prostitusi di Bengkulu terus menurun. Penelusuran Liputan6.com, para pekerja seks komersial (PSK) setempat kekurangan pelanggan. Terkait tren ini, para PSK sampai banting harga.

Mereka bersedia menukar jasanya dengan imbalan Rp 50 ribu. Oleh karena itu, terkenal istilah "dengan gocap dapat tante bibir merah". Gocap adalah istilah serapan bebas dari bahasa Mandarin yang berarti 50 untuk menyebut nominal uang Rp 50 ribu.

Para PSK yang rata-rata berusia di atas 30 tahun itu menyebut dirinya sebagai tante bibir merah. Mereka biasa mangkal di sekitar Kota Tais, ibu kota Kabupaten Seluma, Bengkulu.

Mereka yang biasa mangkal di warung remang-remang di jalur lintas barat Sumatera itu turun ke jalan dan berpindah tempat. Sebab lokasi mangkal mereka sering dirazia aparat Satpol PP dan unsur kepolisian beberapa waktu terakhir.

Buyung Bondai, salah seorang sopir truk antarkota mengatakan, para tante bibir merah itu biasa nongkrong di kawasan Simpang Enam atau dekat pintu gerbang menuju pusat perkantoran ibu kota Kabupaten Seluma. Kawasan ini, oleh para pengguna jasa biasa disebut tugu Bujang Gadis.

"Untuk orang baru, biasanya ada tawar-menawar harga. Kami yang sudah biasa, mereka hafal, jika lagi sepi, cukup bayar gocap," kata Buyung di Bengkulu, Selasa, 4 Oktober 2016.

Para PSK ini sengaja didatangkan dari Kota Bengkulu, khususnya dari kawasan bekas lokalisasi dekat Pelabuhan Pulau Baai yang sudah ditutup beberapa bulan lalu. Ada juga beberapa orang yang memang sudah menetap di Kabupaten Seluma dan dikoordinasi oleh muncikari yang tersembunyi.

Menurut Alamsyah, warga sekitar lokasi Simpang Enam, mereka tidak setiap malam mangkal. Hanya pada Rabu malam dan malam Minggu saja rombongan PSK itu ramai. Beberapa orang bahkan menitipkan nomor telepon untuk lebih memudahkan komunikasi jika ada pelanggan yang datang dan penjual jasa sedang tidak mangkal.

"Beberapa nomor HP ada mereka titipkan. Mereka siap datang jika dihubungi," Alamsyah mengungkapkan.


Servis di Atas Kendaraan sampai Alam Bebas

Ilustrasi Foto

Transaksi jasa layanan yang dilakukan kepada pelanggan tergantung kesepakatan. Konsumen rata-rata para sopir truk dan travel angkutan penumpang antarkota. Jika ingin cepat langsung bisa "bertransaksi" di atas kendaraan. Tetapi jika ingin menikmati untuk waktu yang agak lama, mereka biasanya membawa ke penginapan dan losmen yang ada di sekitar Kota Tais.

Dari salah satu nomor yang diberikan Alamsyah, Liputan6.com berhasil menghubungi Genit (nama disamarkan). Dia mengatakan, harga gocap memang sengaja dia tawarkan untuk konsumen yang sudah lama dan bermain di atas mobil. Tetapi jika dibawa ke penginapan, tentu dia memasang tarif yang lebih tinggi.

"Gocap itu untuk short time, jika bawa kami ke losmen untuk satu malam atau long time, kami pasang harga minimal Rp 300 ribu," kata Genit.

Dia juga mengaku sering melayani para pria hidung belang dengan konsep menyatu dengan alam, atau bermain di antara rerimbunan pohon atau di balik semak-semak. Dia juga mengaku sering dijadikan objek pelecehan seksual dari para pemuda setempat yang mabuk atau pura-pura mabuk.

"Pemuda sini juga sering minta jatah, bau minuman di mulut mereka bikin kami takut. Entah mabuk atau pura-pura saja, kami juga tidak tahu," Genit menambahkan.

Kepala Bidang Sumber Daya Aparatur Satpol PP Seluma, Nopetri Elmanto mengaku kesulitan membekuk para PSK, sebab setiap ada rencana razia, informasi selalu bocor duluan dan mereka keburu kabur.

Kawasan itu juga sering dijadikan lokasi foto selfie atau swafoto oleh remaja setempat. Mereka juga kesulitan dan takut salah tangkap.

"Operasi rutin terus kami lakukan, tetapi mereka sangat licin," kata Nopetri.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya