Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog masih terus menyosialisasikan konsumsi daging kerbau. Saat ini beberapa negara sudah umum mengonsumsi daging kerbau, seperti Malaysia.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu menjelaskan, saat ini sudah ada 7.800 ton daging kerbau yang diimpor dari India. Ini merupakan bagian dari izin impor 10 ribu ton yang diberikan pemerintah.
Perum Bulog juga tengah mengajukan izin impor tambahan untuk 70 ribu ton daging kerbau. Impor ini untuk kebutuhan konsumsi pada satu tahun ke depan.
Akibat adanya permintaan yang tinggi dari Indonesia ini, harga daging di Malaysia naik. Ini karena pasokan ke Malaysia mulai menurun.
Baca Juga
Advertisement
"Harga di Malaysia mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya, yaitu karena tingginya permintaan daging kerbau dari Indonesia," kata Wahyu saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (6/10/2016).
Di Malaysia, sistem importasi dilakukan dengan mekanisme kontrak jangka pendek, dalam hal ini setiap bulan. Berbeda dengan Indonesia yang menerapkan sistem kontrak jangka panjang.
Bahkan, sistem importasi yang dilakukan Indonesia ini menyebabkan Perum Bulog sebagai importir tunggal dari Indonesia bisa mendapatkan harga daging kerbau yang lebih murah dibandingkan dengan importir Malaysia.
Wahyu menjelaskan, di Malaysia sendiri saat ini ada 22 importir yang bertugas menyediakan daging kerbau di negaranya. Dari 22 importir itu, setidaknya ada tujuh rumah pemotongan hewan (RPH) yang bekerja sama.
"Kalau Indonesia itu kita kerja sama dengan 10 eksportir (RPH) dari India, sementara importirnya tunggal, dalam hal ini Perum Bulog," papar Wahyu.
Wahyu menuturkan, saat ini kebutuhan daging kerbau di Malaysia mencapai 52 kg per kapita setiap tahunnya. Sementara daging dijual 16,5 ringgit Malaysia atau setara dengan Rp 52.800 per kg. (Yas/Ahm)