Liputan6.com, New York - Masa jabatan Ban Ki-moon sebagai sekretaris jenderal PBB akan segera berakhir pada 31 Desember 2016. Kandidat kuat penggantinya disebut-sebut adalah mantan Perdana Menteri Portugal, Antonio Guterres (67).
Sosok Guterres ramai diperbincangkan setelah 15 anggota Dewan Keamanan PBB sepakat untuk menempatkan namanya dalam sebuah pemungutan suara. Demikian seperti dilansir CNN, Kamis (6/10/2016).
Advertisement
Guterres sebelumnya pernah menjabat sebagai kepala badan pengungsi PBB (UNHCR) selama 10 tahun. Ia menjadi kandidat terfavorit setelah melalui serangkaian jajak pendapat yang dilakukan DK PBB.
Vitaly Churkin, Duta Besar Rusia untuk PBB yang juga merupakan Presiden DK PBB saat ini mengatakan bahwa nasib Guterres akan diputuskan melalui sebuah pemungutan suara pada Kamis 6 Oktober waktu New York.
"Hari ini, setelah melalui enam kali pemungutan suara kami memiliki calon favorit. Dan namanya adalah Antonio Guterres," ujar Churkin.
Jajak pendapat keenam
Proses pemilihan Sekjen PBB melalui dua tahap. Pertama, kandidat direkomendasikan oleh DK. Kedua, calon harus disetujui oleh Majelis Umum yang terdiri dari 193 anggota.
Pada awalnya terdapat 13 kandidat yang direkomendasikan. Selanjutnya nama-nama mereka disaring melalui serangkaian jajak pendapat hingga akhirnya menyisakan satu calon tunggal.
15 anggota DK dapat memberikan penilaian berupa 'setuju', 'menolak', atau abstain pada masing-masing surat suara. Dan sejauh ini, Guterres telah mendapat 13 suara yang mendukungnya sementara 2 lainnya abstain.
Sementara dua kandidat lainnya, yakni Vuk Jeremic dari Serbia dan Miroslav Lajcak dari Slovakia masing-masing mendapat 7 suara penolakan. Kandidat dari Bulgaria, Irina Bokova juga mendapat 7 penolakan dan 7 dukungan.
Ban Ki-moon telah menjadi Sekjen PBB selama dua periode. Kendati secara teknis tak ada batasan bagi masa tugas Sekjen PBB, namun selama ini belum pernah ada yang melampaui dua peiode.
Mengenal Sosok Guterres
Guterres adalah seorag insinyur yang pernah bekerja sebagai asisten profesor sebelum ia terjun ke dunia politik pada 1974. Sebagai ketua Partao Sosialis, ia memimpin Portugal pada periode 1955 hingga 2002.
Lantas, pada 2005 hingga 2015 ia menjabat sebagai komisaris tinggi PBB untuk badan pengungsi. Kebijakannya yang terkenal kala itu adalah memangkas anggaran. Kinerjanya juga banyak diuji terkait dengan krisis pengungsi.
Dalam visinya, Guterres menyoroti tantangan yang dihadapi dunia terkait dengan meningkatnya ketidaksetaraan, terorisme dan kejahatan terorganisir, perubahan iklim, dan proliferasi aktor bersenjata internasional.
Ia juga menyebutkan bahwa PBB adalah 'tempat unik yang menghubungkan titik-titik untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Namun di lain sisi Guterres juga menegaskan bahwa PBB butuh perubahan dan reformasi.
"Orang-orang yang membutuhkan perlindungan tidak mendapatkannya dengan cukup. Yang paling rentan, seperti perempuan dan anak-anak tentu adalah priopritas mutlak. Kita harus memastikan bahwa ketika seseorang melihat bendera biru--bendera PBB-- dia akan mengatakan, "saya terlindungi"," tulis Guterres dalam visinya sebagai kandidat Sekjen PBB.
Meski belum resmi ditunjuk, namun ucapan selamat dari Presiden Portugal, Marcelo Rebelo de Sousa telah mengalir kepada Guterres.
"Ini bagus bagi PBB karena yang terpilih adalah yang terbaik. Ini baik bagi dunia, bagi PBB dan bagi Portugal," kata de Sousa.
Veto dari AS dan Inggris
Dua anggota DK PBB yang abstain dalam memberikan suara terhadap Guterres adalah Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Kendati demikian, Duta besar AS untuk PBB, Samantha Power memuji pilihan rekan-rekannya.
Menurut Power, pada akhirnya kandidat yang berpengalaman, memiliki visi, serta flesibilitas di berbagai arealah yang paling menarik.
"Sosok yang didukung adalah orang yang meninggalkan kesan baik selama melayani rakyat Portugal dan memimpin (UNHCR)," tutur Power.
Sementara itu, Dubes Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft lebih tertarik jika jabatan Sekjen PBB diisi oleh seorang perempuan. Menurutnya sudah saatnya kursi Sekjen PBB diambil alih wanita.
Namun Rycroft menerima keputusan rekan-rekannya yang memilih Guterres. "Adil untuk mengatakan bahwa Antonio Guterres telah melalui proses transparan dari 13 kandidat yang diajukan," katanya.