Liputan6.com, Jakarta - Kedok agama lewat kegiatan nyantri di padepokan menjadi awal perangkap dari Dimas Kanjeng dan oknum sejenis, untuk menjerat pengikutnya. Jurus pikat padepokan sesat semacam ini menunjukkan makin banyak masyarakat yang terjebak dalam pola pikir instan yang kemudian dimanfaatkan para oknum.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (6/10/2016), sejak penggerebekan dan penangkapan Dimas Kanjeng Taat Pribadi oleh 1.782 personel polisi pada 22 September 2016 lalu, masayarakat terus mengikuti perkembangan kasus ini.
Advertisement
Apa yang ada di balik padepokan Dimas Kanjeng, yang berlokasi di RT 22 RW 08, Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo, Jawa Timur, juga menggelitik untuk diketahui.
Bangunan padepokan berhias ukiran di sana-sini dilengkapi asrama putra, lapangan parkir luas hingga fasilitas tempat fitnes, di mana tempat Dimas Kanjeng ditangkap. Belum lagi deretan mobil mewah miliknya.
Kemegahan yang membuat silap mata para pengikutnya akan praktik sesat yang dijalankan. Berkedok ajaran agama, berujung pada tipu-tipu penggandaan uang.
Di antara ritual mandi, wirid, dan bacaan doa, terseliplah shalawat fulus dan kewajiban membayar uang mahar yang nantinya berganti dengan dapur ATM, berupa kotak dan kantung berisi jimat yang bisa menyedot banyak uang.
Kesan padepokan sebagai tempat mencari kebenaran hidup lewat ilmu agama, justru dijadikan perangkap pengelabu praktik penggandaan uang.
Fenomena padepokan sesat bukan hanya milik Dimas Kanjeng. Muncul kasus padepokan Satria Aji di Depok, Jawa Barat, yang menawarkan penggandaan emas via media sosial.
Hingga padepokan Brajamusti, asuhan Gatot Brajamusti, yang ternyata mempraktikan ritual seks menyimpang dengan menggunakan narkotika jenis sabu, yang disebut sebagai aspar dan makanan untuk jin.
Ada kesamaan pola dari fenomena padepokan sesat, eksploitasi dari para pengikutnya. Meski demikian, ada saja orang yang tertipu.
Bukan tak mungkin fenomena padepokan sesat seperti ini masih ada disekeliling kita. Berpegang teguh pada norma agama sesuai tuntunan kitab suci menjadi kunci kewaspadaan menolak jurus pikat padepokan sesat.