Liputan6.com, Jakarta - Pada Selasa 4 Oktober hingga Rabu 5 Oktober 2016, Korea Selatan diterjang Topan Chaba.
Hujan badai disertai angin kencang itu memporak-porandakan wilayah di bagian selatan Negeri Gingseng itu. Sampai saat ini empat orang dilaporkan tewas, sementara satu orang lainnya dilaporkan masih belum ditemukan.
Advertisement
Melihat besarnya dampak dari Topan Chaba, KBRI Seoul segera bergerak cepat. Mereka langsung turun tangan mencari tahu apakah ada WNI yang jadi korban atau tidak.
"Tim Konsuler KBRI Seoul mengontak pemerintah setempat untuk mengetahui apakah ada WNI yang menjadi korban. Sampai siang hasilnya nihil," sebut Minister Counsellor KBRI Seoul, M Aji Surya kepada Liputan6.com.
Meski belum ada korban, Aji menegaskan pihaknya akan terus mengamati perkembangan yang terjadi di seluruh wilayah Korsel yang terdampak bencana.
"KBRI terus berjaga untuk melihat perkembangan yang ada. Bahkan bila diperlukan akan dikirim satu tim ke Pulau Jeju guna mengetahui masalah yang terjadi di lapangan," sambung Aji.
Minister counsellor itu menambahkan, meski sejauh ini belum ditemukan adanya korban jiwa, namun WNI di Negeri Gingseng terkena dampak topan tersebut.
"Kita berkomunikasi dengan teman-teman di Jeju. Dikabarkan bahwa tambak-tambak yg menjadi lahan pekerjaan para TKI nyaris ludes disapu topan. Beberapa bangunan juga runtuh," ucap dia.
Topan Chaba diketahui memicu hujan deras yang terus mengguyur beberapa wilayah Korsel seperti, Pulau Jeju, Busan, dan Ulsan.
Topan Chaba juga mengakibatkan banjir besar dengan kecepatan aliran air 47 meter per detik di sejumlah tempat.
Menurut laporan media setempat, aliran listrik padam dan banyak rumah mengalami kerusakan.